Senin, 31 Maret 2008

MALAM PECAHNYA KACA

Setelah hasil yang memuaskan dari Perjanjian Munich, banyak pemimpin internasional berharap bahwa Hitler adalah negarawan yang dapat diajak bernegoisasi. Tetapi pada malam 9 November 1938, sebuah peristiwa terjadi yang mengungkapkan sifat asli rezim Hitler pada dunia dan juga menandai awal radikalisasi mematikan dari kebijaksanaan Nazi tentang Yahudi.

Untuk beberapa bulan sekarang, anti-Semit moderat dalam hirarki Nazi telah mengalami kemunduran dengan ukuran ekstrim seperti pembersihan Yahudi dari Jerman dengan segera. Pembersihan pertama kelompok besar Yahudi di akhir Oktober 1938 menyulut rangkaian peristiwa yang menghasilkan Malam Pecahnya Kaca (Night of Broken Glass), serangan besar, yang terkoordinasi terhadap Yahudi di seluruh Jerman.

Pada tanggal 27 Oktober, sekitar 17,000 Yahudi asli Polandia termasuk 2,000 anak-anak, dengan kasar diusir dari Jerman atas perintah Reinhard Heydrich, pemimpin kedua SS. Keluarga Grynszpan dari kota Hanover adalah satu diantara Yahudi yang dibawa paksa dengan kereta kemudian dibuang di perbatasan Polandia sebagai orang-orang yang tak diinginkan. Petugas perbatasan Polandia pada mulanya menolak mereka untuk masuk. Orang-orang Yahudi itu kemudian terdampar di tanah tak bertuan antara perbatasan Jerman dan Polandia.

Keluarga Grynszpan tidak membawa anak mereka yang berusia 17 tahun, Herschel. Dia pergi ke Paris untuk diamankan pada usia 15 tahun untuk tinggal dengan pamannya yang bekerja di sana sebagai penjahit. Herschel adalah anak muda yang sensitif, pemuda sakit-sakitan yang tingginya lebih dari lima feet dan beratnya sekitar 100 pound. Dia termasuk kaum Ortodox yang taat, mengunjungi kuil secara teratur, dan dengan keras mengamati berbagai peraturan tentang imannya.

Bangga dengan kebudayaan Yahudinya, Herschel mempunyai minat mengamati keluarganya dan setengah juta Yahudi yang masih tinggal di seluruh Jerman. Selama hari-harinya di Paris dia secara teratur membaca surat kabarYiddish yang dibawa pamannya pulang yang memberitakan tentang penurunan "orang-orangnya " di bawah kendali Nazi di Jerman, Austria dan Sudetenland yang baru diduduki. Surat kabar itu juga melaporkan pengusiran masal Yahudi Polandia dari Jerman.

Tepat sebelum pengusiran itu, Herschel menderita kemunduran hebat pada dirinya. Permintaannya sebagai penduduk tetap di Perancis ditolak oleh pejabat-pejabat lokal Perancis, diikuti oleh dekrit pengusiran yang berlaku pada tanggal 15 Agustus 1938. Herschel mengabaikan dekrit pengusiran itu dan tetap tinggal di Paris secara ilegal untuk sementara sampai dia dapat menentukan kemana dia harus pergi.

Dia menjadi seperti keluarganya, manusia tanpa negara, tidak diinginkan dimanapun karena nenek moyangnya Yahudi. Herschel tenggelam dalam depresi yang dalam pada perputaran peristiwa itu dan bahkan mempertimbangkan bunuh diri. Membuat semuanya makin buruk, dia kemudian menerima surat dari keluarganya yang menceritakan penderitaan akibat pengusiran mereka dari Jerman.

Kakak perempuannya, Esther, yang berusia 22 tahun menulis: "Kamu pasti mendengar tentang kesialan besar kami. Aku akan menjelaskan kepadamu apa yang terjadi...Pada Kamis malam pada pukul 9, seorang Sipo [Polisi Keamanan Nazi] datang kepada kami dan memberitahukan bahwa kami harus datang ke markas besar polisi dan membawa serta pasport kami...Kami tidak diberitahu untuk apa semua ini, tetapi kami melihat bahwa semuanya telah berakhir bagi kami. Kami masing-masing mendapat perintah ekstradisi di tangannya, dan masing-masing harus meninggalkan Jerman sebelum tanggal 29. Mereka tidak mengizinkan kami kembali ke rumah lagi. Aku meminta untuk diizinkan kembali ke rumah untuk mengambil setidaknya beberapa benda. Aku pergi, didampingi oleh Sipo, dan membawa pakaian yang dibutuhkan dalam sebuah koper. Dan itulah yang dapat kuselamatkan. Kami tidak mempunyai uang..."

Ayahnya telah menghabiskan waktu selama 28 tahun untuk membangun usaha konveksi di Hanover.

Dikendalikan setengah kegilaan dengan kesedihan dan kemarahan terhadap semua yang telah terjadi, Herschel memutuskan untuk melakukan tindakan radikal kekerasan untuk mendapatkan perhatian terhadap nasib buruk bangsa Yahudi.

Pada hari Senin pagi, 7 November, dia berjalan menuju toko senjata Paris dan membeli revolver kaliber 6.35 bersama dengan sekotak peluru berisi 25 butir. Ketika pemilik toko bertanya mengapa dia membutuhkan senjata, Herschel menjawab bahwa kadang-kadang dia membawa sejumlah besar uang untuk ayahnya dan membutuhkan perlindungan.

Setelah membeli senjata, Herschel berjalan menuju kafe terdekat, memasuki ruang santai disana dan mengisi senjatanya, kemudian meletakkan senjata itu di saku kiri mantelnya. Dia menumpang kereta bawah tanah Paris menuju kedutaan besar Jerman, tiba pukul 9:35 pagi. Dia memasuki gedung kedutaan dan bertanya pada orang pertama yang ditemuinya, isteri penjaga pintu, apakah dia dapat menemui seorang pejabat kedutaan mengenai beberapa dokumen penting yang akan dia sampaikan. Dia ditunjukkan ke suatu tangga dan diberitahu untuk menemui Herr Nagorka, juru tulis penerima tamu di atas sana.

Di atas, Herschel mengatakan pada Nagorka bahwa dia mempunyai dokumen penting yang ingin diberikan pada pejabat kedutaan. Nagorka meminta untuk menyerahkan dokumen itu padanya, tetapi Herschel meminta dengan tegas untuk memberikannya sendiri karena pentingnya dokumen itu. Inilah bagaimana dia menembak Sekertaris kedutaan berusia 29 tahun, Ernst vom Rath, yang merupakan pejabat paling yunior kedutaaan yang bertugas pagi itu.

Vom Rath mendudukkan Herschel, mengambil tempat duduk tak jauh darinya, kemudian meminta untuk melihat dokumen. Herschel menanggapi permintaan itu dengan berteriak: "Kamu Kraut kotor atas nama dua belas ribu Yahudi yang dianiaya, ini dokumennya!"

Herschel meraih ke dalam saku mantelnya, mengeluarkan senjatanya, dan ditembakkan ke arah vom Rath, melakukan lima tembakan secara liar, menghantam dua kali vom Rath saat dia berdiri. Peluru pertama bersarang di bahu kiri vom Rath dan menimbulkan sedikit luka. Peluru kedua menembusnya lebih rendah di sebelah kiri, menyebabkan beberapa luka dalam.

Herschel menjatuhkan senjata kosong itu ke lantai. vom Rath yang terluka memberi suatu pukulan pada Herschel, kemudian dia melemparkan dirinya ke pintu, memegangi perutnya dan memanggil bantuan. Herschel tidak pernah meninggalkan kantor itu tetapi menunggu sampai dia ditangkap. Dia ditahan oleh Nagorka dan pekerja kedutaan lainnya. Atas permintaan Herschel, dia diserahkan pada polisi Perancis.

Vom Rath dilarikan ke rumah sakit untuk mengalami operasi darurat untuk memindahkan limpanya yang pecah, dan untuk memulihkan pankreas dan perutnya yang luka. Disamping operasi dan transfusi darah dalam jumlah besar, vom Rath menderita demam tinggi yang berangsur-angsur menurun sampai dia meninggal pada pukul 4:25 sore, Rabu, 9 November.

Saat hal itu terjadi, Adolf Hitler dan kebanyakan pejabat tinggi Nazi ada di Munich untuk peringatan tahunan Beer Hall Putsch. Setiap 9 November, veteran pelaku Kudeta 1923 berkumpul untuk melacak jejak yang telah mereka ambil dalam usaha yang gagal untuk menjatuhkan pemerintahan demokratik Jerman. Hari itu juga merupakan hari nasional yang disebut sebagai Hari Pergerakan saat warga Jerman menikmati libur kerja dan anak-anak libur sekolah.

Saat pertama mendengar peristiwa penembakan itu, Hitler mengirim dokter pribadinya ke Paris untuk menolong vom Rath. Menteri Propaganda Joseph Goebbels, sementara itu, dengan segera mengetahui bahwa penembakan itu sebagai kesempatan emas. Goebbels saat ini merupakan anti-Semit terkuat dalam hirarki Nazi, kedua setelah Hitler. Orang kecil dengan kaki cacat, yang waktu muda diejek bertampang Yahudi, bekerja sepanjang hidupnya, dalam kebencian mendalam terhadapYahudi. Selama lima tahun, mesin propaganda Goebbels telah memuntahkan arus pesan yang tidak pernah henti yang menggambarkan Yahudi adalah musuh abadi rakyat Jerman. Bagi Goebbels, penembakan di Paris adalah kesempatan untuk menghasut rakyat Jerman untuk "membangkitkan pembalasan berdarah terhadap Yahudi."

Goebbels, tentu saja, tidak akan melakukan apapun tanpa persetujuan Führer-nya. Pada jam-jam pertama malam 9 November, sebuah pesan datang membawa berita kematian vom Rath tepat saat Hitler dan rekan-rekan lamanya duduk-duduk dalam pesta makan malam di Balai Kota Tua di Munich, setelah sepanjang hari perayaan, arak-arakan dan kemegahan Nazi. Saat diberitahu bahwa vom Rath telah meninggal, dengan wajah marah Hitler mengajak Goebbels ke pojok dan berbincang secara pribadi untuk beberapa menit, akhirnya memberitahu Goebbels bahwa pasukan storm troopers SA perlu melakukan suatu "tindakan" atas biaya orang Yahudi.

Setelah makan malam, Hitler meninggalkan balai kota tanpa melakukan pidato, meninggalkan Goebbels mengirimkan perintah perang pada para pimpinan Nazi yang diundang. Goebbels pertama mengumumkan kematian vom Rath, kemudian mengatakan pidato anti-Semit, menganjurkan SA dan para pemimpin Partai Nazi menghasut secara populer untuk meningkatkan perlawanan terhadap Yahudi di seluruh Jerman tanpa kelihatan bahwa Partai Nazi sebagai penggeraknya.

Ketika Goebbels menyelesaikannya keterangannya, kebanyakan para pemimpin yang diundang segera menuju ke telepon terdekat untuk menghubungi SA lokal mereka dan pejabat partai untuk mengirimkan instruksi yang sesuai. Bagaimanapun, nuansa pesan Goebbels entah bagaimana telah hilang ditengah semua pembicaraan telepon. Sebagai hasilnya, pasukan SA tak berseragam dan aktivis partai membawa simbol swastika turun ke jalanan sebagai ganti penduduk netral.

Sesungguhnya, pemberontakan populer yang yang diharapkan Hitler dan Goebbels tidak pernah terwujud. Kebanyakan penduduk menutup jendela mereka dan tinggal di dalam atau berdiri diam di trotoar bersama dengan polisi Jerman reguler dan memandang saat pasukan storm trooper, SS dan Pemuda Hitler, ditemani oleh berbagai orang jalanan memecahkan kaca jendela rumah warga Yahudi, memukuli dan membunuh laki-laki Yahudi dan menteror anak-anak dan wanita Yahudi.

Malam itu di seluruh Jerman dan Austria, toko-toko Yahudi dan department store dipecahi kaca jendelanya. Synagog adalah target utama untuk dirusak, termasuk penistaan terhadap gulungan suci Taurat yang dirobek-robek dan dilemparkan ke tumpukan sampah lalu dibakar.

Ratusan synagog dibakar sementara pemadam kebakaran hanya berdiri memandang atau menyemprot disekitar lokasi untuk mencegah penyebaran api. Hampir semua kuburan Yahudi dekat synagog juga dinistakan.

Sekitar 25,000 Yahudi dibawa ke kamp konsentrasi Dachau, Buchenwald dan Sachsenhausen tempat mereka diperlakukan secara brutal oleh penjaga-penjaga SS dan dalam beberapa kasus mereka secara acak dipilih untuk dipukuli sampai mati. Secara keseluruhan, diperkirakan lebih dari 2,500 Yahudi tewas akibat dipukuli di jalanan, dikurung dalam kamp-kamp, dan juga beberapa kejadian bunuh diri, termasuk kematian seluruh keluarga.

Ribuan kaca jendela pecah menghasilkan istilah Kristallnacht atau Night of Broken Glass (Malam Pecahnya Kaca) untuk menggambarkan peristiwa 9 November yang berakhir sampai pagi hari tanggal 10. Walaupun Nazi tidak mendapatkan pemberontakan populer yang mereka harapkan, mereka memperhatikan bahwa 60 juta penduduk Jerman secara keseluruhan telah menunjukkan ketidak pedulian yang luar biasa terhadap penganiayaan massal yang pertama terhadap Yahudi itu. Mereka yang terguncang atau sakit hati cukup tahu untuk menyimpan pikirannya untuk mereka sendiri atau dengan resiko dikirim ke kamp konsentrasi.

Di luar Jerman, bagaimanapun, guncangan dan sakit hati tidak terdiam. Komentator Radio dan wartawan suratkabar di Amerika Serikat menyatakan bahwa Jerman telah menurun dalam tingkat barbarisme yang tak pernah terlihat sejak pogrom pada Abad Pertengahan.

Gelombang publikasi negatif mengakibatkan Jerman terisolasi dari bangsa-bangsa berperadaban di Barat dan melemahkan setiap sentimen pro-Nazi di negara-negara itu. Sebelum Kristallnacht, pergerakan pro-Hitler kecil terdapat di Inggris dan Amerika. Setelah Kristallnacht, simpati untuk rezim Hitler secara bertahap menguap. Amerika Serikat juga secara permanen memanggil duta besarnya dari Jerman.

Bagaimanapun, anit-Semit radikal dalama hirarki Nazi tidak peduli dengan apa yang dipikirkan dunia. Beberapa hari setelah Kristallnacht, pada tanggal 12 November, selusin pimpinan tinggi Nazis termasuk Joseph Goebbels, Reinhard Heydrich, dan Hermann Göring, berkumpul untuk mendiskusikan apa yang terjadi dan memutuskan tindakan selanjutnya.

Heydrich melaporkan 7,500 bisnis Yahudi dihancurkan, 267 synagog dibakar (dengan 177 benar-benar dihancurkan) dan 91 Yahudi terbunuh selama Kristallnacht. Heydrich kemudian meminta undang-undang baru yang melarang Yahudi melakukan kontak sosial dengan orang Jerman dengan melarang mereka dari transportasi publik, sekolah, dan rumah sakit, pada dasarnya memaksa mereka ke dalam tempat tinggal minoritas atau keluar negeri. Goebbels berkata bahwa Yahudi harus membersihkan puing-puing dari synagog yang terbakar dan mengubahnya menjadi tempat parkir.

Pada pertemuan itu terdapat persetujuan umum untuk menyingkirkan Yahudi dalam keseluruhan kehidupan ekonomi di Reich dengan memindahkan seluruh hak milik dan perusahaan ke non-Yahudi, dengan ganti rugi diberikan kepada Yahudi dalam bentuk surat obligasi Jerman.

Mengenai kerusakan ekonomi akibat Kristallnacht dan besarnya klaim asuransi, Göring menyatakan bahwa Yahudi sendiri yang harus membayar atas kerusakan dan setiap uang asuransi yang dibayarkan harus disita oleh pemerintah.

"Aku akan menutup pertemuan dengan kata-kata ini," kata Göring, "Yahudi Jerman, sebagai hukuman atas kejahatan mereka yang buruk sekali, dan sebagainya, harus membayar kontribusi sebesar satu milyar mark. Itu akan bekerja. Babi itu tidak akan melakukan pembunuhan lagi. Sebagai tambahan, aku akan mengatakan bahwa aku tidak akan suka menjadi seorang Yahudi di Jerman."

Sedangkan untuk Herschel Grynszpan, dia dinterogasi oleh polisi Perancis dan menyatakan: "Itu tidak dengan kebencian atau balas dendam terhadap orang yang aku tindak, tetapi karena aku cinta pada orang tuaku dan rakyatku yang secara tidak adil diperlakukan dengan tindakan yang memalukan. Meskipun demikian, tindakan ini tidak menyenangkan bagiku dan aku sangat menyesalinya. Bagaimananpun, aku tidak punya maksud lain selain memperlihatkan perasaanku...Betapapun, bukanlah suatu kejahatan menjadi seorang Yahudi. Aku bukan anjing. Aku punya hak untuk hidup. Rakyatku punya hak untuk hidup di bumi ini. Dan sekarang dimanapun mereka diburu seperti binatang."

Herschel secepatnya berada dalam genggaman Gestapo dan menghabiskan waktunya dalam berbagai penjara dan kamp konsentrasi Nazi, dan lenyap tanpa jejak.

1 komentar:

Nova Zamil mengatakan...

Wahh...akhirnya saya tahu bagaimana ceritanya. Berkali kali nonton book thief tentang Malam Pecah Kaca, baru ini tahu ada apa dibaliknya. Thanks yaa informasinya...