Jumat, 11 April 2008

NAZI MENDUDUKI CZECHOSLOVAKIA

Tak lama setelah menandatangani Perjanjian Munich pada bulan September 1938, Adolf Hitler secara pribadi mengeluh kepada anggota bodyguard SS-nya, "Chamberlain telah menghalangi pintu masukku menuju Prague."

Hitler sebenarnya ingin mendobrak Czechoslovakia dengan serang militer kilat dan memasuki ibu kota tua seperti masuknya Caesar. Tetapi dia telah dipenuhi oleh hasrat Inggris dan Perancis untuk menghidangkan Czechoslovakia padanya "dalam sebuah piring."

Bagi Hitler, Perjanjian Munich tidak lebih dari potongan kertas yang tidak berharga. Pada tanggal 21 Oktober 1938, hanya tiga minggu setelah penandatanganan dokumen, dia memberitahukan pada jenderal-jenderalnya bahwa mereka harus mulai rencana untuk "likuidasi dari seluruh sisa Czechoslovakia."

Hitler telah berjanji pada Perdana Menteri Inggris Neville Chamberlain dan rakyat Jerman bahwa Sudetenland adalah "kebutuhan wilayah terakhir " di Eropa. Dalam kenyataannya, itu hanya permulaan. Dan Hitler sekarang ingin merebut seluruh sisa Czechoslovakia untuk kepentingan strategis.

Saat ini, Nazi mempunyai cara yang sempurna dalam mencuri wilayah negara tetangga. Mereka memulainya dengan menimbulkan kegelisahan politik di wilayah itu. Pada saat yang sama, mereka akan membiayai kampanye propaganda nyata atau khayalan terhadap warga Jerman di sana. Saat pemimpin politik negara tetangga akhirnya datang menemui Hitler untuk menyelesaikan krisis yang sedang terjadi, mereka akan ditawari bantuan dalam bentuk pendudukan angkatan bersenjata Jerman untuk "memulihkan pemerintahan."

Pemimpin politik Czechoslovakia yang baru adalah seorang berumur 66 tahun, Dr. Emil Hácha, seorang politikus yang kurang pengalaman dengan kondisi jantung yang buruk. Dia menggantikan Presiden Czech Eduard Bene? Yang terbang ke Inggris setelah Perjanjian Munich karena takut menjadi sasaran pembunuhan Nazi. Hácha sekarang menjadi presiden dari republik yang terus menyusut. Pada awal 1939, dua daerah perbatasan terpencil telah diambil alih oleh Polandia dan Hungaria dengan persetujuan Hitler.

Atas perintah Hitler, nasionalis Slovakia yang tinggal di bagian timur Czechoslovakia mulai bergerak untuk minta kemerdekaan, yang akan membuat sebagian besar wilayah memisahkan diri dari Czechoslovakia. Pada tanggal 10 Maret 1939, Presiden Hácha menanggapi keinginan Slovakia untuk merdeka dengan mengusir pemimpin pemerintahan Slovakia dan mengumumkan darurat perang dalam propinsi Slovakia.

Tindakan menentang dan tak diduga Hácha mengejutkan Nazis, mengacaukan rencana yang telah mereka susun dengan hati-hati. Hitler bereaksi terhadap perputaran keadaan ini sama seperti saat Schuschnigg melakukan sikap menentang di Austria – Hitler memerintahkan para jenderalnya untuk mempersiapkan penyerangan dengan segera.

Sementara itu, pemimpin Slovakia yang pro-Jerman, Monsignor Tiso, dipanggil ke Berlin untuk bertemu dengan Hitler. Tiso tiba di istana Kanselir pada hari Senin malam, 13 Maret, dan diberitahu oleh Hitler bahwa situasi di Czechoslovakia telah menjadi "mustahil." Waktu telah habis, kata Hitler. Tiso harus memutuskan saat itu juga apakah Slovakia ingin berpisah dari Czechoslovakia dan menjadi sebuah negara merdeka. Hitler berjanji pada Tiso bahwa dia akan melindungi Slovakia setelah kemerdekaannya diproklamasikan.

Tiso ragu-ragu sejenak kemudian memutuskan untuk mengikuti Hitler. Nazi kemudian merancang proklamasi kemerdekaan untuk digunakan Tiso, bersama dengan telegram palsu yang akan dikirim kemudian berisi permintaan perlindungan dari Führer.

Hari berikutnya, Selasa, 14 Maret, Tiso kembali ke negaranya dan membacakan rancangan proklamasi kemerdekaan di hadapan parlemen Slovakia. Dia mengatakan pada rapat bahwa jika mereka gagal menyetujui proklamasi ini, pasukan Hitler akan bergerak masuk dan menduduki Slovakia. Menghadapi hal itu, parlemen Slovakia menyerah dan setuju dengan Tiso. Maka lahirlah negeri Slovakia.

Sekarang, yang tersisa dari Czechoslovakia yang terus menyusut adalah dua propinsi utama, Bohemia dan Moravia. Pada titik ini, mesin propaganda Goebbels memasuki kecepatan tinggi menyebarkan laporan penyiksaan orang-orang Jerman disana oleh orang-orang Czech. Entah merasa senang, atau mungkin karena malas, orang-orang penyebar propaganda Goebbels menggunakan cerita surat kabar palsu yang telah mereka cetak enam bulan yang lalu tentang "pemerintahan teror" di Sudetenland.

Presiden Hácha, yang dibingungkan oleh semua hal yang terjadi di Czechoslovakia, mengirim pesan pada Hitler meminta bertatap muka untuk menyelesaikan masalah yang sedang terjadi. Hitler, tentu saja, setuju untuk bertemu dengannya secepat mungkin.

Hácha yang tidak mampu naik pesawat terbang karena kondisi jantungnya tiba dengan kereta api di Berlin pada pukul 10:40 Selasa Malam. Dia dijemput oleh Menteri Luar Negeri Ribbentrop dan dibawa ke hotel Aldon untuk menunggu panggilan Hitler.

Hampir tiga jam kemudian, pada pukul 1:15 dini hari, Hácha akhirnya dipanggil ke istana kanselir Reich untuk bertemu Führer. Pada pertemuan itu, Hitler membiarkan presiden Czech berbicara lebih dahulu sepanjang yang dia inginkan. President Hácha memulai merendahkan dirinya sendiri dengan tak merasa malu di hadapan yang maha kuasa diktaktor Jerman. Dia mengingkari setiap hubungan dengan pemerintahan demokatik Czechoslovakia yang dan berjanji bekerja kearah penghapusan anti-Jerman diantara rakyatnya. Dia kemudian meminta maaf atas tingkah laku negerinya yang kecil itu.

Tetapi pembelaan Hácha yang menyedihkan itu membangkitkan yang terburuk dalam diri Hitler, orang yang selalu menyerang kelemahan manusia. Saat Hácha menyelesaikan monolognya, Hitler mulai mengeluarkan serangannya, mengungkapkan semua kesalahan Czech terhadap Jerman.

Berada dalam kemarahannya sendiri, Hitler berteriak bahwa kesabarannya terhadap Czechoslovakia telah berakhir, dan bahwa Jerman akan menyerang negara itu, dimulai hanya dalam beberapa jam.

Sekarang, Führer mengungkapkan, orang Czech punya dua pilihan. Mereka dapat melakukan perlawanan yang sia-sia dan akan dengan mudah dihancurkan, atau, presiden dapat menandatangani sebuah dokumen yang mengatakan bahwa negerinya secara damai menerima pasukan yang datang. Presiden harus memutuskan dengan segera. Pasukan akan bergerak mulai pukul 6 pagi itu.

Presiden Hácha, sangat terkejut, pada awalnya merasa sangat terguncang utuk dapat bereaksi dan hanya duduk diam seperti dia telah berubah jadi batu. Hitler telah cukup dengannya sementara ini dan membawanya ke ruangan tengah untuk diskusi selanjutnya dengan Göring dan Ribbentrop.

Dua orang Nazi itu segera mencecar presiden yang sakit-sakitan itu, mendesaknya untuk menandatangani dokumen penyerahan yang diletakkan di meja di depannya. Tetapi Hácha, setelah mendapatkan ketenangannya kembali, menolak sama sekali. Orang-orang Nazi memintanya lagi, bahkan menyodorkan pena padanya. Dia menolak lagi. Sekarang, Göring memainkan kartu truf-nya. Dia berkata pada presiden Czech jika dia tidak menandatangani, setengah kota Prague akan dibombardir menjadi reruntuhan dalam dua jam oleh angkatan udara Jerman. Saat mendengar hal itu, presiden yang lemah itu roboh ke lantai.

Orang-orang Nazi menjadi panik, berpikir bahwa mereka telah membunuh orang itu dengan ketakutan. Dokter pribadi Hitler, Dr. Theodor Morell, menyerbu masuk dan menyuntik presiden dengan vitamin untuk memulihkannya. Saat Hácha memperoleh kesadarannya kembali, orang-orang Nazi meletakkan telepon dalam gengamannya, menghubungkannya dengan pemerintahannya di Prague. Hácha berbicara di telepon dan dengan enggan menyarankan pemerintahannya untuk menyerah secara damai pada Nazi.

Setelah itu, Hácha dibawa kembali ke hadapan Hitler. Pada pukul 3:55 sore, Rabu, 15 Maret, presiden Czech menandatangani dokumen yang menyatakan bahwa dia telah "dengan penuh percaya diri menyerahkan nasib dari negeri dan rakyat Czech ke dalam tangan Führer dari Jerman Reich."

Dua jam kemudian, ditengah-tengah badai salju, angkatan bersenjata Jerman bergerak menuju wilayah yang tidak berhubungan dengan Jerman untuk pertama kalinya yang diduduki Nazi.

"Czechoslovakia telah berakhir keberadaannya!" Hitler mengumumkan kepada rakyat Jerman pada akhir hari, tepat sebelum berangkat ke Prague. Malam itu, Hitler memasuki kota besar tua yang telah lama diidamkannya dengan iringan sepuluh kendaraan. Tetapi tidak ada orang yang menyambut. Jalanan Prague telah ditinggalkan.

Hitler menginap di puri Hradschin Prague, yang dulu merupakan rumah bagi Raja Bohemia. Hari berikutnya, Kamis, 16 Maret, dari dalam puri, Hitler mengeluarkan proklamasi mengenai penetapkan Daerah Perlindungan Bohemia dan Moravia. "Czechoslovakia," kata Hitler, "menunjukkan ketidakmampuannya untuk bertahan dan oleh karena itu sekarang menjadi korban pembubaran yang nyata."

Pada hari yang sama, Tiso mengirimkan telegram yang sudah dirancang sebelumnya dari Slovakia dengan sangat meminta perlindungan Führer. Slovakia yang baru merdeka dua hari, berakhir keberadaannya saat angkatan bersenjata Jerman masuk, seolah-olah atas permintaan orang Slovakia sendiri.

Pada titik ini, seluruh dunia menunggu untuk melihat bagaimana Perdana Menteri Chamberlain akan bereaksi pada peristiwa luarbiasa yang terjadi di Czechoslovakia, yang semua itu melanggar Perjanjian Munich.

Chamberlain menanggapi agresi Hitler dengan menyatakan bahwa Inggris tidak harus melindungi Czechoslovakia sejak negara itu pada hakekatnya tidak ada lagi, setelah Slovakia memilih untuk merdeka pada 14 Maret. Dan tindakan Hitler terjadi pada hari berikutnya, 15 Maret.

Pernyataan Perdana Menteri yang asal-asalan itu menyebabkan suatu kehebohan dalam pers Inggris dan di Gedung Parlemen. Chamberlain dicerca atas kurangnya moral terhadap diplomasi gangster Hitler. Anggota-anggota parlemen yang marah berjanji bahwa Inggris tidak akan pernah lagi memenangkan Hitler.

Menariknya, saat melakukan perjalanan dengan kereta dari London ke Birmingham pada hari Jumat, 17 Maret, Chamberlain mengalami suatu perubahan pikiran menyeluruh. Dia telah menyiapkan ditangannya naskah pidato yang membicarakan masalah rutin dalam negeri yang akan dibacakannya di Birmingham. Tetapi setelah perenungan yang dalam, dia memutuskan untuk membuang naskah pidato itu dan mulai merancang yang baru sehubungan dengan Hitler.

Dalam pidato baru itu, yang disiarkan di seluruh Inggris melalui radio, Chamberlain pertama meminta maaf atas reaksinya yang hangat-hangat kuku terhadap tindakan Hitler terhadap Czechoslovakia. Kemudian dia menceritakan daftar janji yang dilanggar setelah Perjanjian Munich.

"Führer," Chamberlain menyatakan, "telah mengambil hukum ke dalam tangannya."

"Sekarang kita diberitahu bahwa perampasan wilayah itu diperlukan karena kekacauan di Czechoslovakia...jika ada kekacauan, apakah itu tidak digerakkan dari luar?"

"Apakah ini adalah serangan terakhir terhadap negara kecil atau akan diikuti oleh serangan berikutnya? Apakah ini, pada hakekatnya, suatu langkah dalam arah menuju suatu usaha menguasai dunia dengan kekuatan?"

Jika demikian, Chamberlain menyatakan: "Tidak ada kesalahan terbesar yang dibuat daripada mengira bahwa karena percaya peperangan adalah hal bodoh dan kejam, bangsa ini telah begitu kehilangan urat syarafnya sehingga tidak akan ambil bagian sepenuhnya dalam kekuatan untuk menentang tantangan itu, jika memang demikian adanya."

Sekarang, untuk pertama kalinya dalam sejarah Reich Ketiga, Inggris akhirnya mengumumkan bahwa akan menentang diktator Jerman dan ingin bertempur.

Pada hari berikutnya, 18 Maret, diplomat-diplomat Inggris menyatakan pada Nazi bahwa pendudukan Hitler atas Czechoslovakia adalah "penolakan seutuhnya terhadap Perjanjian Munich...tanpa dasar legalitas sama sekali." Perancis juga mengajukan suatu protes keras yang mengatakan bahwa mereka "tidak mengakui legalitas pendudukan Jerman."

Bagaimanapun, Hitler dan Nazi dapat mempertimbangkan sedikit dari apa yang mereka pikir. Hitler telah melihat "musuh-musuhnya" di Munich dan menganggap mereka cacing-cacing kecil.

Tetapi sekarang, dalam perkembangan yang tidak menyenangkan bagi Hitler, Inggris dan Perancis melakukan lebih dari sekedar protes diplomatik. Pada tanggal 31 Maret, Perdana Menteri Chamberlain mengeluarkan suatu deklarasi yang kokoh, dengan dukungan Perancis, menjamin yang mungkin jadi korban Hitler selanjutnya, Polandia, dari agresi Nazi.

Masa penaklukan tak berdarah Hitler telah berakhir. Lain waktu jika pasukan Jerman bergerak menuju wilayah negara lain akan terjadi peperangan yang sesungguhnya.

Hanya sekitar enam bulan sejak Perjanjian Munich dan hanya enam bulan tersisa sampai terjadinya Perang Dunia II. Dalam bulan-bulan itu, berbagai negara di Eropa membentuk persekutuan militer, memilih kelompoknya seperti anak sekolah mempersiapkan permainan sepakbola – Perancis dengan Inggris dan Polandia, Italia dengan Jerman dan sebagainya. Tak seorangpun, dapat menggambarkan apa yang akan dilakukan Uni Soviet di bawah Joseph Stalin.

Tidak ada komentar: