Minggu, 16 Maret 2008

NAZI MENDUDUKI AUSTRIA

Sembilan bulan akan berlalu sejak Hitler mengambil kendali angkatan bersenjata Jerman sampai awal mulainya Perang Dunia II. Selama bulan-bulan itu, Hitler mulai bekerja dengan semacam diplomasi gangster yang meliputi menggertak, omong kosong, ancaman, dan berbohong kepada pemimpin-pemimpin Eropa dalam rangka memperluas perbatasan Reich.

Korban pertamanya adalah Dr. Kurt von Schuschnigg, Kanselir Austria, negara yang sedang dipecah-pecah dari dalam oleh penghasut Nazi dan juga merasa terancam dari luar oleh kekuatan militer baru Jerman. Berharap untuk penyelesaian singkat perdamaian dengan Hitler, Schuschnigg setuju untuk bertemu muka dengan Hitler di Berchtesgaden. Pertemuan itu dirancang oleh Franz von Papen, mantan duta besar Austria.

Pada pagi hari yang dingin tanggal 12 Februari 1938, mobil Schuschnigg dijemput di perbatasan Jerman-Austria oleh Papen, yang bergabung dengannya sampai di tempat peristirahatan Hitler di puncak gunung. Papen memberitahu Schuschnigg bahwa Hitler berada dalam suasana hati yang baik pagi itu. Tetapi, Papen menambahkan, Hitler berharap bahwa Schuschnigg tidak keberatan jika tiga jenderal penting Jerman juga hadir dalam pembicaraan hari itu.

Schuschnigg merasa sedikit terkejut dengan hal itu, tetapi sudah terlalu terlambat untuk mengubah segala sesuatunya sekarang. Dia tiba di tangga villa Hitler dan disambut oleh Führer sendiri. Berdiri di belakang Hitler adalah tiga jenderal; Wilhelm Keitel, Kepala Komando Tinggi, Walter von Reichenau, Komandan angkatan bersenjata sepanjang perbatasan Jerman-Austria, dan Jenderal angkatan udara Hugo Sperrle.

Hitler mengajak Schuschnigg ke dalam villanya dan naik ke aula besar di lantai kedua, sebuah ruangan besar dengan jendela kaca bening besar yang menampilkan pemandangan pegunungan Alpen, dan di kejauhan, tampak Austria. Schuschnigg, memandang semua itu, memecahkan kebisuan dengan sedikit basa-basi tentang pemandangan itu. Tetapi Hitler segera memotong perkataannya. "Kita tidak bertemu di sini untuk berbicara tentang pemandangan indah atau cuaca!"

Maka dimulailah dua jam seperti di neraka saat kanselir Austria pendiam itu dicerca tanpa ampun oleh Führer. "Kamu telah melakukan segalanya untuk mengabaikan kebijakan persahabatan!" Hitler berteriak. "Keseluruhan sejarah Austria adalah tindakan pengkhianatan tingkat tinggi tanpa henti...Dan sekarang aku dapat mengatakan padamu, Herr Schuschnigg, bahwa aku benar-benar memutuskan untuk membuat semua ini berakhir. Jerman Reich adalah salah satu kekuatan besar, dan tidak ada yang akan membuatnya bersuara jika itu menyangkut masalah-masalah perbatasan."

Setelah mendapatkan ketenangannya kembali, Schuschnigg mencoba untuk menenangkan Hitler, dengan mengatakan: "Kami akan melakukan apapun untuk menghilangankan rintangan demi saling pengertian yang lebih baik, sejauh hal itu memungkinkan."

Tetapi Hitler tidak berhenti. "Itu yang kamu katakan!...Tetapi kukatakan padamu bahwa aku akan menyelesaikan yang disebut dengan masalah Austria dengan satu cara atau lainnya...Aku punya suatu misi bersejarah, dan misi ini akan kupenuhi karena Tuhan telah mentakdirkan aku untuk melakukannya sehingga...Aku hanya tinggal memberi perintah dan seluruh mekanime pertahananmu yang menggelikan itu akan hancur berkeping-keping. Kamu tidak dengan serius percaya kamu dapat menghentikanku atau bahkan menundaku untuk setengah jam, begitu?"

Hitler menunjukkan bahwa Austria secara diplomatik terisolasi dan tidak dapat menahan invasi Nazi. "Jangan berpikir sedetikpun bahwa seseorang di dunia ini akan menghalangi keputusanku. Italia? Aku telah bertemu mata dengan Mussolini...Inggris? Inggris tidak akan menggerakkan satu jaripun untuk Austria...dan Perancis?"

Hitler berkata bahwa Perancis punya kekuatan untuk menghentikannya selama pendudukan Rhineland tetapi tidak melakukan apapun dan bahwa "sekarang sudah terlambat bagi Perancis."

Schuschnigg yang jengkel akhirnya bertanya pada Hitler apa syarat-syarat yang diajukannya. Tetapi Hitler memotongnya lagi, dengan kasar membubarkan pertemuan. "Kita dapat membicarakannya sore ini."

Sore harinya, Schuschnigg yang berusia 41 tahun merasa seolah bertambah tua sepuluh tahun. Dia kemudian dikenalkan dengan Menteri Luar negeri Jerman yang baru, sosok yang tidak bermoral bernama Joachim Ribbentrop yang menunjukkan padanya dua lembar dokumen berisi tuntutan Hitler. Semua Nazi yang sekarang dipenjara di Austria harus dibebaskan. Larangan terhadap partai Nazi Austria harus dicabut. Pengacara Austria, Dr. Arthur Seyss-Inquart, pendukung Nazi yang setia, harus menjadi Menteri Dalam Negeri yang baru dengan kendali penuh atas kepolisian. Sebagai tambahan, Nazi juga menunjuk Menteri Peperangan dan Menteri Keuangan untuk persiapan asimilasi keseluruhan ekonomi ke dalam Jerman Reich. Itulah yang diberitahukan pada Schuschnigg, tuntutan terakhir Führer dan tidak ada pembicaraan lagi. Dia harus menandatangani segera, atau akan terjadi sesuatu.

Di bawah tekanan seperti itu, kanselir Austria itu tergoncang dan berkata akan mempertimbangkan untuk menandatangani, tetapi pertama dia meminta jaminan bahwa tidak ada interferensi lebih lanjut dalam urusan dalam negeri Austria oleh Hitler. Ribbentrop, didukung oleh Papen, dengan bersahabat menjamin bahwa Hitler tentu saja akan menghormati kedaulatan Austria jika tuntutannya dipenuhi.

Pada titik ini, Schuschnigg diantarkan kembali untuk menjumpai Hitler. "Kamu menandatangani itu dan memenuhi tuntutannku dalam tiga hari, atau aku akan memerintahkan pasukanku untuk menduduki Austria," kata Hitler padanya.

Schuschnigg menyerah dan setuju untuk tandatangan, tetapi memberitahu pada Hitler bahwa dalam Undang-undang Austria hanya presiden yang dapat mengesahkan dokumen semacam itu dan menyetujui syarat-syaratnya. Dan, dia menambahkan, tidak ada jaminan bahwa perjanjian itu akan disetujui oleh presiden Austria yang keras kepala Wilhelm Miklas.

"Kamu harus menjaminnya!!" Hitler meledak. Tetapi Schuschnigg berkata bahwa dia tidak sanggup. Hitler bergegas menuju pintu keluar dan berteriak mencari Jenderal Keitel. Kemudian dia berbalik kepada Schuschnigg dan dengan kasar membubarkan pertemuan. Schuschnigg dibawa ke ruang tunggu, ditinggalkan untuk mempertimbangkan apa yang dikatakan Hitler pada Keitel.

Schuschnigg tidak tahu bahwa dia telah menjadi korban dari suatu gertakan palsu. Ketika Keitel datang dan menanyakan perintah apa yang akan Hitler berikan, dengan menyeringai Hitler berkata padanya: "Tidak ada perintah. Aku hanya ingin kamu ada disini."

Setengah jam kemudian, Schuschnigg dibawa kembali menghadap Hitler. Dia diberi waktu tiga hari untuk membawa perjanjian itu ke Austria dan ditandatangani oleh presiden, atau tidak.

Schuschnigg meninggalkan Berchtesgaden, ditemani sampai ke perbatasan oleh Papen yang sedikit banyak telah dipermalukan. "Kamu telah melihat seperti apa Führer pada suatu saat," Papen menghibur dia. "Tetapi lain kali aku yakin itu akan berbeda. Kamu tahu, Führer dapat benar-benar menyenangkan."

Begitulah akhir dari permulaan dari banyak perebutan kekuasaan diplomatik yang terjadi di Berchtesgaden. Seperti Schuschnigg, semua kepala negara dan berbagai diplomat yang datang akan berada dalam suatu kerugian yang buruk sekali. Mereka berhadapan dengan orang yang selalu ingin pergi ke batas, ingin mengirim pasukan dan menumpahkan darah dalam rangka mendapatkan apa yang dia inginkan.

Hitler tahu orang yang beradab seperti Schuschnigg, dan yang bersikap seperti dia, akan siap berkompromi untuk mencegah hilangnya nyawa. Mereka akan mengetahui dengan sangat terlambat bahwa Hitler tidak menghargai nyawa dan bahwa perang adalah tujuan utamanya.

Bertahun-tahun yang lalu, Hitler pernah menceritakan rahasianya kepada temannya Hermann Rauschning: "Kita harus mempersiapkan untuk untuk pertempuran terberat yang pernah dihadapi bangsa ini. Hanya melalui tes daya tahan ini kita akan menjadi matang untuk dominasi yang kita bangun. Adalah tugasku untuk menyelesaikan peperangan ini tanpa menghiraukan kerugian. Pengorbanan hidup akan menjadi tak terukur. Kita semua tahu apa artinya perang dunia. Sebagai manusia kita akan ditempa menjadi sekeras baja. Semua kelemahan akan jatuh dari kita. Tetapi pembentukan cetakan utama akan tertinggal selamanya. Aku tidak takut pada pembinasaan. Kita harus meninggalkan semua kesayangan kita dan hari ini yang tampak tak tergantikan. Kota-kota akan menjadi tumpukan reruntuhan. Monumen-monumen indah arsitektur akan lenyap selamanya. Saat ini tanah suci kita tidak akan bertahan. Tetapi aku tidak takut akan hal ini."

Negara Jerman telah siap dengan baik pada jalan menuju peperangan. Senjata-senjata baru dibuat siang dan malam. Keseluruhan ekonomi ditempatkan dalam landasan perang dibawah rencana empat tahun Göring. Pemuda Jerman, sementara itu, dikeraskan seperti besi melalui organisasi paramiliter. Pemuda Hitler yang menempatkan Hitler pada status dewa dan sebagai nilai tertinggi pada tugas dan pengorbanan. Para pemuda diajari bahwa kehidupan individual, kehidupan mereka, tidak penting. Kewajiban pada Führer dan tanah air adalah di atas segalanya.

Sekarang, di pertengahan Februari 1938, Hitler mengirim kanselir Austria pulang untuk meyakinkan Presiden Miklas agar mengesahkan ultimatum itu. Tetapi Miklas yang keras kepala menolak menerima semua tuntutan. Dia bermaksud mengampuni Nazi yang dipenjara tetapi tidak akan menyerahkan kepolisian kepada simpatisan Nazi Seyss-Inquart.

Sementara itu, Hitler memerintahkan Jenderal Keitel untuk melakukan manuver militer di dekat perbatasan Austria untuk menunjukkan bahwa invasi segera terjadi. Gertakan itu bekerja bagai sihir dan Presiden Miklas segera runtuh. Dia mengabulkan suatu pengampunan umum untuk semua Nazi di Austria dan menunjuk Seyss-Inquart sebagai Menteri Dalam Negeri dengan kendali penuh atas kepolisian. Seyss dengan segera menuju ke Jerman menemui Hitler dan menerima instruksinya.

Pada malam tanggal 20 Februari, Hitler memberi pidato di Berlin yang juga disiarkan ke seluruh Austria. Dia menggambarkan Nazi Austria sebagai minoritas yang dianiaya, mengatakan bahwa "tak tertahankan bagi sebuah negara besar yang mengetahui bahwa di sebelahnya ada ras yang diperlakukan sampai menderita terus menerus karena mereka simpati dan menyatu dengan seluruh ras Jerman dan ideologinya." Setelah pidato itu, Nazi seluruh Austria turun ke jalan sambil berteriak 'Sieg Heil!' dan 'Heil Hitler!'

Kanselir Schuschnigg, telah mendapatkan keberaniannya beberapa derajat, menjawab Hitler empat hari kemudian melalui pidatonya sendiri di Vienna. Dia berkata bahwa Austria telah cukup tunduk pada Nazi dan tidak akan menyerahkan kemerdekaannya. "Sampai disini dan tidak lebih lanjut," dia menyatakan. Garis telah ditarik.

Tetapi Austria sedang dimakan hidup-hidup dari dalam oleh penghasut Nazi yang diberi hati. Mengepung dengan kurang ajar menurunkan merah-putih-merah bendera Austria dan menaikkan bendera swastika, sementara polisi dibawah kontrol Seyss, hanya berdiri dan memandang.

Meluasnya kerusuhan politik segera menyebabkan kepanikan ekonomi. Orang-orang bergegas ke bank dan menarik semua uang mereka. Pesanan jasa dan barang dari luar negeri secara mendadak dibatalkan. Turis tinggal di rumah. Beberapa propinsi terluar bahkan telah diambil alih oleh Nazi Austria. Di Vienna, pemerintahan Schuschnigg mulai mendapat tekanan – tepat seperti yang diharapkan Hitler dan Nazi Austria.

Dalam suatu spekulasi putus asa untuk menghentikan kematian dan untuk menunda Hitler, Schuschnigg mengumumkan bahwa akan ada pengambilan suara nasional pada hari Minggu, 13 Maret, membiarkan rakyat Austria memilih ya atau tidaknya negara mereka tetap bebas dari Jerman.

Hitler, setelah mendengar pengumuman yang mengejutkan itu, menjadi naik pitam. Dia memutuskan segera mengirim angkatan bersenjata Jerman untuk mencegah pengambilan suara itu. Rencana invasi Austria dengan tergesa-gesa dirancang oleh Jenderal Keitel dan Jenderal von Manstein dan melibatkan tiga kesatuan angkatan bersenjata dan angkatan udara.

Tetapi masih terdapat masalah besar bagi Hitler. Dia tidak yakin bagaimana pemimpin Fasis Itali yang berkuasa, Benito Mussolini, akan bereaksi terhadap invasi Jerman ke Austria. Maka Hitler buru-buru mengirim utusan ke Roma membawa surat pribadi yang berisi pembenaran atas tindakan militer yang akan dilakukan dan pembelaan agar disetujui Mussolini. Surat itu mengandung suatu pernyataan palsu yang mengatakan bahwa Austria dan Czechoslovakia merencanakan untuk mengembalikan kerajaan Hapsburg dan menyerang Jerman.

Jumat pagi tanggal 11 Maret, Kanselir Schuschnigg mengetahui penundaan invasi itu. Pada pukul 2 siang itu, dia memberitahukan pada Seyss-Inquart di Vienna bahwa pengambilan suara akan dibatalkan untuk menghindarkan pertumpahan darah. Panggilan telepon kemudian dilakukan Seyss kepada Göring di Berlin yang memberitahukan tentang keputusan Schuschnigg. Posisi kanselir melemah tanpa harapan dan Göring segera menerkamnya seperti harimau.

Serangkaian panggilan telepon, sejumlah pemerasan diplomatik, sekarang membawa akibat. Pertama, Göring dengan sukses memaksa Schuschnigg untuk berhenti, kemudian dia menuntut bahwa Presiden Miklas agar menunjuk Seyss sebagai Kanselir baru Austria. Tetapi Miklas menolak. Göring kemudian mengeluarkan ultimatum bahwa Seyss harus menyetujui penunjukkan kanselir itu atau pasukan Jerman akan menyerbu malam itu juga. Tetapi Miklas dengan keras kepala bertahan.

Hitler sekarang sudah mulai bosan dengan penentangan Austria. Pada pukul 8:45 malam, dia perintahkan pada jenderal-jenderalnya untuk memulai invasi pada waktu fajar keesokan harinya. Kemudian datanglah berita yang telah ditunggu Hitler dari Mussolini. Hitler diberitahu melalui telepon bahwa Austria dianggap "tidak penting" bagi diktaktor Italia itu. Jadi tidak ada campur tangan dalam invasi Nazi.

"Katakan pada Mussolini aku tidak akan pernah melupakannya untuk hal ini!" Hitler berkata pada utusannya di telepon. "Tidak pernah, tidak pernah, tidak pernah, tidak peduli apapun yang terjadi...Aku akan berpegang padanya apapun yang terjadi, bahkan jika seluruh dunia mengeroyoknya!"

Sekitar tengah malam, Presiden Miklas, menyadari bahwa posisinya tidak ada harapan, menunjuk Seyss sebagai Kanselir baru Austria. Sabtu fajar, 12 Maret 1938, pasukan Jerman dengan tank-tank dan kendaran berlapis baja meraung-raung melintasi perbatasan Jerman-Austria sesuai jadwal. Mereka tidak menjumpai perlawanan dan di banyak tempat mereka di sambut bagai pahlawan. Banyak dari sekitar tujuh juta etnis Jerman di Austria telah lama merindukan mengikatkan diri mereka pada bintang kejora Jerman dan Führer-nya yang dinamis, putera dari tanah Austria.

Ketika berita invasi itu terdengar oleh Inggris dan Perancis, mereka bereaksi sama saat Hitler menduduki Rhineland beberapa tahun yang lalu. Mereka tidak melakukan apapun. Di Perancis, masalah-masalah politik dalam negeri sekali lagi menghalangi setiap tanggapan militer. Inggris, yang sekarang dipimpin oleh Perdana Menteri Neville Chamberlain, telah menunjukkan indikasi meneruskan kebijakan ketenangan untuk menjaga perdamaian. Membuat semakin buruk keadaan, Austria, bersikap angkuh dan menantang dalam saat-saat yang penting, tidak pernah secara resmi meminta bantuan dari luar.

Di Jerman, edisi Sabtu seluruh surat kabar Nazi mencetak telegram palsu yang seolah-olah dikirim oleh Kanselir Seyss ke Berlin meminta "pemerintah Jerman untuk mengirim pasukan Jerman secepat mungkin " untuk memulihkan pemerintahan. Ada juga laporan palsu oleh Goebbels tentang kerusuhan di Vienna dan perkelahian jalanan yang melibatkan komunis. Itu adalah versi Hitler tentang peristiwa itu yang disampaikan pada dunia, bahwa orang Austria sendiri, yang putus asa dalam memulihkan pemerintahan, telah meminta bantuan militer dari Jerman.

Menyadari bahwa pasukannya mendapat sambutan yang luar biasa, Hitler memutuskan untuk menyertai pasukannya ke tempat kelahirannya di Braunau am Inn dan kemudian menuju Linz, tempat masa kecilnya bersekolah. Dia juga mengunjungi makam orang tuanya di Leonding dan meletakkan karangan bunga.

Di Linz dia memberi pidato emosional yang menyatakan: "Jika Tuhan memanggilku keluar dari kota ini untuk menjadi pemimpin Reich, itu pasti dilakukan untuk membebaniku suatu tugas, dan tugas itu hanyalah untuk mengembalikan tanah air tercinta kepada Reich Jerman."

Maka Hitler segera memerintahkan membuat rancangan undang-undang untuk Anschluss (penyatuan) Austria dengan Jerman. Hari berikutnya, Minggu, 13 Maret, undang-undang itu disetujui oleh pemerintahan Austria pimpinan Seyss. Pengumuman resmi kemudian dibuat keseluruh dunia. Austria telah tiada lagi. Sekarang merupakan propinsi Jerman Reich. Hitler sendiri meneteskan air mata kebahagiaan saat di tunjukkan dokumen Anschluss.

Pada Senin sore, Hitler memasuki Vienna secara besar-besaran, kota yang sangat dikenalnya bertahun-tahun yang lalu saat dia menjadi gelandangan. Dia tinggal di Hotel Imperial, hotel yang sama tempat dia pernah bekerja sebagai pekerja harian yang setengah kelaparan, menyingkirkan salju dari jalan masuk di luar dan dengan hormat melepaskan topinya pada tamu kaya yang datang dan pergi. Sebagai pemuda miskin dia tidak pernah dapat masuk kedalam. Hari ini dia menjadi tamu kehormatan.

Ketika kembali ke Jerman, Hitler merencanakan pengambilan suara (plebisit) lainnya, sama seperti yang dilakukan saat menduduki Rhineland. Rakyat Jerman dan Austria sekarang ditanya persetujuaannya tentang Anschluss. Pada tanggal 10 April, sembilan puluh sembilan persen memilih 'Ya,' kebanyakan takut memilih ‘tidak’, karena tahu pilihan mereka akan dengan mudah diketahui.

Pendudukan Nazi atas Austria ditandai oleh ledakan kekerasan anti-Yahudi, yang bahkan tidak pernah terlihat sebelumnya di Jerman. Vienna adalah rumah bagi sekitar 180,000 Yahudi. Di seluruh kota, laki-laki dan perempuan Yahudi di tangkap secara acak oleh Nazi dan dipaksa untuk menggosok dan membersihkan tembok dan trotoar yang terdapat slogan pro-kemerdekaan.Penghinaan lainnya termasuk membersihkan toilet umum dan kakus di barak-barak SS dengan kain doa Yahudi yang dianggap suci. Ribuan Yahudi juga dipenjara tanpa alasan saat polisi melakukan penggerebekan terbuka terhadap rumah-rumah Yahudi dan usaha bisnis mereka.

Pemimpin SS, Heinrich Himmler, bersama dengan Reinhard Heydrich, menemani Hitler menuju Vienna. Mereka dengan cepat menyadari bahwa Yahudi akan membayar dengan apapun agar dapat meninggalkan negeri itu. Heydrich kemudian merancang Kantor untuk Emigrasi Yahudi yang dijalankan oleh orang SS bernama Adolf Eichmann yang digunakan untuk menukarkan uang dan benda berharga lainnya dari Yahudi dengan kebebasan. Kantor itu sangat sukses sehingga menjadi percontohan bagi kantor serupa di Jerman.

Himmler juga mendirikan kamp konsentrasi pertama di luar Jerman di Mauthausen, berlokasi di dekat Linz. Sekitar 120,000 orang akan dipekerjakan sampai mati di sana dalam kamp pertambangan granit atau 'ditembak saat mencoba melarikan diri.'

Sedangkan untuk Dr. Kurt von Schuschnigg, orang yang menentang Hitler, dia ditangkap oleh Gestapo dan menghabiskan beberapa tahun dalam berbagai kamp konsentrasi Nazi termasuk Dachau dan Sachsenhausen.

Hitler telah menguasai Austria tanpa mengeluarkan satu tembakan pun. Czechoslovakia negeri tetangga di sebelahnya sekarang menggigil ketakutan dengan pikiran bahwa mereka telah dikepung dari tiga sisi oleh angkatan bersenjata Jerman. Hitler tidak menyia-nyiakan kesempatan yang menguntungkan ini. Dia mulai memikirkan rencana untuk pendudukan Sudetenland, bagian barat dari Czechoslovakia, rumah bagi sekitar tiga juta etnis Jerman.

Sebulan sebelumnya, Hermann Göring telah meyakinkan pada pemerintahan Czech yang gelisah, "Aku memberimu kata kehormatanku bahwa Czechoslovakia tidak mempunyai apapun untuk takut pada Reich."

Tidak ada komentar: