Adolf Hitler, kanselir Jerman yang baru, tidak mempunyai maksud menggunakan hukum-hukum demokrasi. Dia hanya menggunakan hukum itu sebagai jalan untuk menjadikan dirinya sebagai diktaktor secara sah secepat mungkin kemudian memulai revolusi Nazi.
Bahkan sebelum dia bersumpah, dia berusaha untuk memenuhi tujuan itu dengan menginginkan pemilihan baru. Saat Hindenburg menunggu dengan tidak sabar di ruang lain, Hitler berdebat dengan pemimpin konservatif Hugenberg, yang secara keras menentang gagasannya. Rencana Hitler untuk mendudukkan mayoritas anggota Nazi dalam pemilu di Reichstag yang akan merupakan stempel, membuat hukum apapun yang dia inginkan dapat disahkan secara sempurna.
Pada hari pertamanya sebagai kanselir, Hitler menggerakkan Hindenburg untuk membubarkan Reichstag dan mengadakan pemilihan baru yang dia inginkan – diadakan pada tanggal 5 Maret 1933.
Malam itu, Hitler menghadiri makan malam dengan Staff Jenderal Jerman dan mengatakan pada mereka Jerman akan dipersenjatai kembali sebagai langkah awal untuk mendapatkan kembali posisi terdahulu mereka di dunia. Dia juga memberi mereka isyarat yang kuat dengan mengatakan bahwa akan ada penaklukan wilayah timur dan Jermanisasi yang kejam dari daerah yang ditaklukkan.
Hitler juga meyakinkan pada para jenderal bahwa tidak ada maksud untuk mengganti pasukan reguler dengan SA storm trooper. Selama beberapa tahun hal ini menjadi perhatian besar dari para jenderal yang ingin menjaga posisi mereka di kekuasaan dan menjaga kekuatan militer tradisional tetap utuh.
Storm trooper Hitler akan mencapai kekuasaan tertinggi mereka sendiri dan memulai suatu pemerintahan teror yang akan bertahan sepanjang pemerintahan itu sendiri.
Presiden Hindenburg jatuh di bawah kata-kata Hitler dan menandatangani apapun yang diletakkan dihadapannya. Dia menandatangani undang-undang darurat yang menyerahkan propinsi Prussia Jerman ke tangan orang kepercayaan Hitler, wakil kanselir Papen. Göring sebagai menteri dalam negeri
Göring segera mengganti ratusan polisi yang setia kepada republik dengan anggota Nazi yang setia pada Hitler. Dia juga memerintahkan tidak mencampuri urusan SA dan SS dalam hal apapun. Ini berarti setiap orang yang disiksa, dipukul atau bahkan dibunuh oleh Nazi, tak ada seorangpun yang menolong.
Göring kemudian memerintahkan polisi untuk tidak menunjukkan belas kasihan pada orang yang dianggap memusuhi negara, berarti juga memusuhi Hitler, terutama kaum komunis.
"Petugas Polisi yang menggunakan senjatanya dalam menjalankan tugas berada dalam perlindunganku. Siapapun yang gagal menjalankan tugas akan dikenakan tindakan disipliner." – Perintah Hermann Göring pada polisi
Pada tanggal 22 February, Göring membentuk pasukan pembantu polisi berjumlah 50,000 orang, kebanyakan terdiri atas anggota SA dan SS. Pasukan storm trooper Nazi yang kejam, suka ribut, pembunuh, sekarang mempunyai kekuasaan polisi.
Dua hari berikutnya, mereka menggerebek markas besar komunis di
Göring dan Goebbels, dengan persetujuan Hitler, kemudian merencanakan untuk menimbulkan kepanikan dengan membakar gedung Reichstag dan menyalahkan kaum komunis. Gedung Reichstag adalah gedung di
Dengan suatu kebetulan yang aneh, terdapat seorang di
Membawa alat pembakar, dia menghabiskan waktu sepanjang hari bersembunyi di sekitar gedung, sebelum masuk sekitar pukul 9 malam. Dia melepas kaosnya , menyulutnya dengan api, dan mulai bekerja menggunakan obornya.
Kejadian sebenarnya tidak akan pernah diketahui, tetapi pasukan storm trooper Nazi dibawah arahan Göring juga terlibat pembakaran tempat itu. Mereka telah berteman dengan pembakar rumah dan mungkin telah tahu atau bahkan mendukung dia untuk membakar Reichstag malam itu. Pasukan storm trooper, dipimpin oleh pimpinan SA Karl Ernst, menggunakan terowongan bawah tanah yang menghubungkan rumah Göring dengan gudang bawah tanah di Reichstag. Mereka memasuki bangunan, menyebarkan bensin dan membakar, kemudian pergi dengan cepat melalui terowongan.
Cahaya merah membara dari kebakaran Reichstag tertangkap mata Presiden Hindenburg dan wakil kanselir Papen yang sedang makan malam di sebuah restoran yang berhadapan dengan gedung yang terbakar itu. Papen membawa Hindenburg yang lebih tua ke dalam mobilnya dan membawanya ke tempat kejadian.
Hitler berada di apartemen Goebbels sedang makan malam. Mereka bergegas menuju tempat kejadian dan bertemu dengan Göring yang berteriak melakukan tuduhan palsu dan ancaman pada kaum komunis.
Pada pandangan pertama, Hitler menggambarkan kebakaran sebagai mercu suar dari surga.
"Kamu sekarang menjadi saksi awal dari epos besar dalam sejarah Jerman...kebakaran ini adalah permulaan," Hitler berkata pada wartawan di tempat kejadian.
Setelah menyaksikan kerusakan, pertemuan darurat pemimpin pemerintahan diadakan. Ketika dikabarkan penahanan pembakar komunis, Van der Lubbe, Hitler menjadi sangat marah.
"Rakyat Jerman telah terlalu lama bersikap lunak. Setiap pejabat komunis harus ditembak. Semua deputi komunis harus digantung malam ini. Semua teman komunis harus ditahan. Dan juga untuk Social Democrat dan Reichsbanner!"
Hitler meninggalkan lokasi kebakaran dan langsung menuju ke kantor
Pada rapat kabinet yang di adakan pagi harinya, 28 Februari, Kanselir Hitler menginginkan undang-undang darurat untuk mengatasi krisis. Dia mendapat sedikit penentangan dari anggota kabinetnya yang sebagian besar bukan Nazi. Malam harinya Hitler dan Papen menemui Hindenburg dan orang tua yang kebingungan itu menandatangani dekrit "untuk perlindungan pada masyarakat dan negara."
Undang-undang darurat menyatakan: "Pembatasan pada kebebasan perseorangan, atas hak untuk untuk kebebasan mengemukakan pendapat, termasuk kebebasan pers; atas hak untuk berkumpul dan berserikat; dan pengungkapan paksa benda pos pribadi, telegram dan komunikasi telepon dan surat perintah untuk penggeledahan rumah, perintah untuk penyitaan atau pembatasan hak milik, juga diizinkan diatas batasan undang-undang yang sah jika tidak ditentukan."
Dengan segera, diikuti dengan barisan pertama kumpulan Nazi besar dalam truk penuh SA dan SS meraung-raung sepanjang jalan masuk ke dalam tempat berkumpulnya kaum komunis dan menerjang rumah-rumah kaum komunis. Ribuan komunis dan juga kaum Social Democrat dan kaum liberal dibawa ke 'pengawasan protektif' dalam barak SA tempat mereka dipukuli dan disiksa.
"Aku tidak khawatir tentang keadilan; misiku hanya menghancurkan dan memusnahkan, tidak ada lagi!" - Hermann Göring, 3 Maret 1933.
"Setiap peluru yang keluar dari barel pistol polisi sekarang adalah peluruku. Jika ada yang menyebut ini pembunuhan, maka akulah pembunuhnya. Aku memerintahkannya. Aku mendukungnya. Aku menerima tanggung jawab, dan aku tidak takut melakukannya." - Hermann Göring.
Nazi sekarang mengalihkan perhatiannya ke hari pemilihan umum, 5 Maret.
Semua sumber daya pemerintahan yang penting untuk kemenagan besar di tempatkan di bawah kendali Joseph Goebbels.
"Pengorbanan yang kita minta adalah lebih mudah untuk dipikul jika kamu menyadari bahwa pemilihan itu akan menjadi yang terakhir untuk sepuluh tahun ke depan, mungkin untuk seratus tahun kedepan," Göring memberitahu mereka.
Tanpa masalah keuangan dam kekuatan negara di belakang mereka, Nazi berkampanye dengan hebat untuk mendapatkan mayoritas yang diinginkan Hitler.
Pada tanggal 5 Maret, pemilihan bebas terakhir dilakukan. Tetapi masyarakat menolak memberi Hitler mayoritas, memberikan pada Nazis hanya 44 persen dari total suara, 17, 277,180. Di samping propaganda besar dan tingkah laku brutal, partai-partai lain tetap memiliki pendukung mereka sendiri.
Tujuan dari pemerintahan diktaktor yang sah sekarang dalam jangkauan. Tetapi kekurangan dari mayoritas dua pertiga di Reichstag adalah suatu hambatan. Tetapi bagi Hitler dan teman dekatnya yang kejam, hambatan itu segera diatasi.
Mengenai Van der Lubbe, komunis pembakar itu, dia diadili dan dihukum, kemudian digantung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar