Selasa, 04 Maret 2008

NAZI MENDUDUKI RHINELAND

Di atas ketinggian kota Berchtesgaden di tenggara Bavaria, Adolf Hitler menghabiskan berjam-jam dalam kesendirian di gunung dengan pemandangan indah pegunungan Alpen dan lembah di bawahnya. Disitulah Führer merenungkan masa depan Jerman dan membuat semua keputusan besarnya.

Kadang-kadang dia mempertimbangkan sesuatu hal selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Tetapi sekali keputusan terakhir dibuat, tidak akan tergoyahkan dan tidak ada seorangpun yang dapat meyakinkan dia untuk mengubah pendiriannya.

Pada hari Jumat 15 Maret 1935, Hitler berangkat ke gunung tempat pengasingannya dan kembali ke Berlin. Dia segera mengadakan rapat kabinet dan juga anggota staff Jenderal angkata bersenjata. Dia kemudian mengumumkan keputusan utama yang baru didapatnya – Jerman akan secara terbuka menentang pembatasan senjata angkatan bersenjata oleh Perjanjian Versailles dan mempersenjati kembali angkatan bersenjata.

Tidak ada seorangpun di ruangan yang keberatan atau menyuarakan keprihatinan. Setelah pengumuman itu, pejabat pembuat undang-undang Nazi segera bekerja untuk membuat rancangan undang-undang yang diperlukan, sementara Menteri Propaganda Joseph Goebbels bekerja dengan Hitler untuk membuat proklamasi yang akan dibaca di hadapan anggota partai Nazi dan rakyat Jerman.

Pada hari Sabtu 16 Maret, kabinet dan para Jenderal mengadakan rapat sekali lagi dan mendengarkan Hitler membaca proklamasi akhir, setelah semua itu ditampilkan semua yang hadir memberi 'tiga sorakan' buat Führer. Proklamasi itu kemudian diumumkan ke dunia pada konferensi pers yang dipanggil mendadak.

Pers diberitahu bahwa Führer telah memutuskan Jerman akan mengadakan kembali wajib militer (pendaftaran wajib) dan membangun angkatan bersenjata baru yang terdiri atas 36 divisi, total 550,000 orang.

Hal ini merupakan pelanggaran yang mencolok dari Bagian V Perjanjian Versailles yang ditanda tangani Jerman pada tahun 1919 setelah kekalahan pada Perang Dunia I. Melanggar Perjanjian adalah penghinaan nyata kepada musuh Jerman dulu, Perancis dan Inggris.

Semua menunggu untuk melihat bagaimana reaksi mereka terhadap kabar itu. Beberapa Jenderal angkatan bersenjata yang berhati-hati berpikir bahwa mungkin akan ada serangan militer Perancis secepatnya. Tetapi tidak terjadi apa-apa, kecuali beberapa protes diplomatik.

Hitler, untuk pertama kali dalam karirnya, telah berjudi melawan musuh lama Jerman dan menang. Dia tahu Perancis sedang mengalami penderitaan akibat pertikaian politik serius dan Inggris berada dalam genggaman depresi ekonomi. Hitler bertaruh bahwa dua negara itu, karena masalah dalam negerinya, tidak punya selera untuk merespon secara militer. Dan dia benar.

Tetapi Hitler menemukan bahwa penting untuk menenangkan kegelisahan yang dibunyikan oleh demokrasi dunia dan negara tetangga Jerman. Tanggal 2 Mei, dua bulan setelah pengumuman wajib militer, Hitler muncul di depan Reichstag di Berlin dan menyampaikan pidato bersifat perdamaian. "Jerman ingin perdamaian...Tidak ada maksud kami untuk mengancam siapapun, " kata Hitler. Dia kemudian mengumumkan tiga belas poin program perdamaian yang mengandung segala macam janji termasuk seperti: Jerman akan menghormati segala ketetapan Perjanjian Versailles termasuk daerah bebas militer Rhineland; Jerman siap untuk bekerja sama dalam suatu sistem bersama untuk menjaga perdamaian Eropa; dan pemerintahan Jerman secara prinsip siap untuk menanda tangani perjanjian tidak melakukan agresi terhadap tetangganya.

Metode diplomasi Hitler dalam demokrasi barat yang takut-takut terbukti tepat. Pengumuman bombastis originalnya selalu dilakukan pada hari Sabtu untuk menarik perhatian pemerintahan yang sedang tidak bekerja. Itu dilakukan ditengah-tengah tindakan yang sedang terjadi, atau setelah kejadian, dan diikuti oleh pidato yang bersifat damai dan penuh janji-janji yang meyakinkan.

Di sela-sela pertaruhan Hitler, terdapat waktu luang untuk mempertimbangkan, dia akan kembali ke Berchtesgaden, merenungkan langkah selanjutnya seperti seorang pemain catur handal yang mempertimbangkan semua kemungkinan.

Langkah besar Hitler selanjutnya dalam permainan diplomasi Internasional tidak terjadi sampai setahun kemudian dan akan merupakan satu resiko terbesar dalam keseluruhan karirnya. Dimulai saat fajar menyingsing pada hari Sabtu, 7 Maret 1936, tiga batalion angkatan bersenjata Jerman menyeberangi jembatan di atas sungai Rhine dan memasuki jantung industri Jerman yang dikenal dengan sebutan Rhineland. Area bebas militer ini meliputi semua wilayah di barat sungai Rhine sepanjang perbatasan Perancis juga bagian timur sungai termasuk kota-kota Cologne, Düsseldorf dan Bonn.

Pada pukul 10 pagi itu, Menteri Luar Negeri Hitler, Constantin von Neurath, mengumpulkan duta besar Perancis, Inggris, dan Itali, dan menyampaikan pada mereka suatu nota panajng yang menyatakan bahwa pemerintah Jerman telah "...memulihkan kedaulatan Reich yang penuh dan terlarang atas zona bebas militer Rhineland."

Hal ini merupakan pelanggaran yang kasar terhadap PerjanjianVersailles.

Pada siang harinya, Hitler muncul dihadapan rapat Reichstag yang diadakan dengan cepat, ditemani dengan beberapa Jenderal angkatan bersenjata yang tampak gelisah. Enam ratus anggota Reichstag yang hadir tidak tahu apa yang terjadi. Saat Hitler memberitahukan pada mereka bahwa pasukan Jerman sedang berbaris menuju Rhineland, mereka meloncat-loncat sambil bersorak untuk Führer dan berteriak 'Heil!'

Saat mereka tenang kembali, Hitler dengan khidmat berjanji: "Pertama, kita berjanji tidak akan menggunakan kekuatan apapun untuk mengembalikan kehormatan rakyat kita, lebih suka mengalah dengan terhormat terhadap penderitaan yang berat daripada menyerah. Kedua, kita berjanji bahwa sekarang, lebih dari sebelumnya, kita akan berusaha keras untuk suatu pengertian antara rakyat Eropa, terutama dengan satu tetangga negara di barat kita...Kita tidak punya keinginan untuk meluaskan wilayah di Eropa!...Jerman tidak akan melanggar perdamaian."

Sekali lagi, seluruh dunia menunggu bagaimana reaksi Perancis dan Inggris. Pasukan Jerman yang memasuki Rhineland bahkan diperintahkan mundur menyeberangi jembatan sungai Rhine jika pasukan Perancis menyerang. Tetapi di Perancis, para politisi tidak mampu meyakinkan para Jenderal untuk bertindak, dan juga tidak mampu mendapat dukungan Inggris untuk melakukan reaksi militer. Jadi mereka tidak melakukan apapun. Angkatan bersenjata Perancis, yang berjumlah seratus divisi, tidak pernah bergerak melawan 30,000 pasukan Jerman bersenjata ringan yang menduduki Rhineland, walaupun Perancis dan Inggris wajib menjaga zona bebas militer yang ditetapkan oleh Perjanjian Versailles dan Perjanjian Locarno tentang saling membantu antar keduanya.

Hal itu adalah spekulasi yang luar biasa bagi Hitler, sesuatu yang membuatnya harus membayar segalanya jika pasukannya dipermalukan oleh musuh lama mereka. Kemudian, Hitler secara pribadi mengakui: "Empat puluh delapan jam setelah defile menuju Rhineland adalah yang paling menggelisahkan dalam hidupku. Jika Perancis bergerak menuju Rhineland, kita harus menarik ekor kita ke dalam kaki kita, karena sumber daya militer kita tidak akan mencukupi bahkan untuk menghadapi perlawan yang moderat."

Beberapa Jenderal tertinggi Hitler dalam angkatan bersenjata mengalami kaki dingin selama manuver berlangsung. Hanya Neurath, Menteri Luar Negeri, yang dengan tenang meyakinkan Hitler: "Kamu dapat mengambil resiko itu. Tidak ada apapun yang akan terjadi." Hitler tidak akan pernah melupakan sikap ketakutan beberapa Jenderal tingginya selama petualangan militer pertama itu. Sebagai hasilnya, nasihat yang hati-hati sering diabaikan di masa depan.

Di Rhineland, Pasukan Jerman yang berbaris di bawah panji Swastika bertemu dengan pendeta-pendeta Jerman yang memberi berkat pada mereka dan wanita-wanita yang menaburkan bunga di jalan yang mereka lalui. Di Cologne, rakyat tampak liar dalam kegembiraan. Dalam Gereja Katholik Cologne, Kardinal Schulte bahkan memuji Hitler karena "mengembalikan angkatan bersenjata kita."

Beberapa minggu kemudian, pada tanggal 29 Maret, suatu referendum nasional diadakan. 99 persen pemberi suara yang terdaftar pergi ke tempat pengambilan suara dan memberikan 98.8 persen suara "Ya" menyetujui pengambilalihan kembali Rhineland oleh Hitler. Führer mencapai popularitas baru yang lebih tinggi.

Setelah kemenangannya, Hitler sekali lagi kembali ke tempat peristirahatan di Berchtesgaden untuk santai dan merenungkan langkah berikutnya. Sementara itu, di Berlin dan seluruh Jerman, persiapan menjadi tuan rumah Olimpiade musim panas berikutnya sedang berlangsung. Bagi Nazi, Olimpiade Berlin merupakan suatu kesempatan untuk menunjukkan Orde Baru kepada semua orang dari seluruh penjuru dunia. Juga merupakan kesempatan untuk mengesankan setiap orang dengan keunggulan alami atlet Nazi.

Tidak ada komentar: