Jumat, 11 April 2008

HARI-HARI TERAKHIR PERDAMAIAN

Sebelum Ribbentrop tiba di Moscow untuk menandatangani Pakta Nazi-Soviet, Inggris telah bereaksi terhadap berita tentang perjanjian itu yang telah bocor.

Pakta itu tidak mengubah apapun sejauh pemerintahan Inggris masih peduli dan hal itu diberitahukan pada Adolf Hitler. Perdana Menteri Neville Chamberlain mengirimi Führer sebuah surat pribadi yang memperingatkan dia bahwa jika Nazi menyerbu Polandia, Inggris akan "mengerahkan dengan segera semua kekuatan angkatan bersenjata di bawah perintah mereka, dan adalah mustahil untuk meramalkan akhir permusuhan saat sekali ditautkan..."

Surat itu dikirimkan pada Hitler di Berchtesgaden tanggal 23 Agustus oleh duta besar Inggris Nevile Henderson dan membuat Hitler menjadi naik darah seperti biasanya. Pada titik ini, Hitler telah meyakinkan para jenderalnya bahwa Inggris dan Perancis tidak akan berperang atas Polandia. "Orang-orang yang kuketahui di Munich adalah bukan orang yang akan memulai perang dunia baru," Hitler membual dalam konferensi militer di Berchtesgaden.

Selama tahun 1939, Hitler semakin banyak menghabiskan waktunya di puncak gunung Berchtesgaden tempatnya menyepi mencoba untuk memikirkannya dengan hati-hati. Sejauh ini dalam karirnya, dia adalah master catur dalam panggung Eropa, merendahkan dan menipu semua lawannya, selalu selangkah atau dua langkah lebih maju dari lainnya.

Tetapi sekarang permainan telah berubah. Bukan lagi merupakan gertakan atau keberanian. Hal itu telah berubah menjadi ancaman perang yang nyata, yang menyangkut nasib jutaan manusia. Hitler mengancam berperang. Polandia mengancam berperang. Inggris dan Perancis mengancam berperang.

Bahkan Amerika juga terlibat. Presiden Franklin Roosevelt menerjang ke arah kekacauan itu dengan mengirim pertanyaan pada Hitler melalui telegram: "Apakah kamu akan memberi jaminan bahwa pasukanmu tidak akan menyerang atau menginvasi wilayah negara-negara merdeka berikut ini?" Roosevelt memberikan daftar 31 negara termasuk Polandia, negara-negara Baltik, Denmark, Belanda, Belgia, Perancis, dan Inggris.

Hitler memberikan jawaban dalam pidatonya kepada Reichstag dan menjamin 'Herr Roosevelt' bahwa Jerman hanya bermaksud damai dengan tetangganya. Jerman, kata Hitler, "tidak punya pemikiran untuk bertentangan dengan Polandia."

Masalahnya adalah tak seorangpun di luar Jerman yang percaya lagi padanya. Hitler telah sering berbohong. Dan Hitler telah membuat kesalahan fatal dengan merendahkan dan mempermalukan pemimpin kerajaan Inggris, yang tidak akan pernah memaafkan dia untuk perbuatannya melanggar Perjanjian Munich. Inggris akan bertempur, mereka mengingatkan Hitler dan itu berarti perang dunia baru.

Tetapi walaupun telah diperingatkan berkali-kali, Hitler masih yakin bahwa Inggris akan mundur pada saat terakhir.

Masalah besar bagi Hitler pada titik ini dalam karirnya adalah bahwa egonya yang membengkak menutupi laksana kabut kecemerlangannya dalam politik internasional. Führer –si dewa Jerman, secara perlahan-lahan menyerah pada kepercayaan bahwa dia sempurna, jika dia mengatakan sesuatu hal adalah benar, maka hal itu harus benar. Dia menderita semacam gila kemuliaan dan itu menutupi pertimbangannya, membutakan dia pada kenyataan.

Bagaimanapun, tidak ada seorangpun yang tinggal di Jerman ingin mengatakan padanya bahwa dia salah, tidak ada yang ingin menanyakan apa yang dia katakan, tak peduli betapa anehnya hal itu.

Ketika Hitler mengumpulkan jenderal-jenderal tingginya pada tiga konferensi sebelum perang di tahun 1939, mereka mendengarkan dalam kebisuan dikte Führer, yang akan memberikan bencana terbesar dalam sejarah kemanusiaan.

Pada tanggal 23 Mei, 1939, Führer mengundang empat belas pejabat militer senior di Berlin termasuk Hermann Göring, Admiral Raeder, Jenderal Brauchitsch, Halder dan Keitel, dan menjelaskan pada mereka bahwa Jerman memerlukan perang karena ekonomi Reich berada dalam keadaan yang mengerikan. Dan memperbaiki ekonomi Jerman akan "mustahil tanpa menyerang negara lain atau menyerang hak milik orang lain."

Bagi Nazi Jerman, pengadaan Lebensraum sekarang telah menjadi tuntutan ekonomi. Hal ini berhubungan dengan program pengadaan persenjataan besar-besaran oleh Hitler yang membanjiri sampai 23 persen produk nasional tahunan kotor Jerman. Hitler telah memerintahkan industri di Jerman untuk mengesampingkan semuanya dan mempersenjatai kembali negeri secepat mungkin. Sebagai hasilnya, tingkat tenaga kerja teknik di Reich mencapai 125 persen, yang berarti terjadi kekurangan tenaga kerja yang besar pada banyak pekerjaan yang tidak terisi, terutama dalam bidang pertanian. Hal ini terjadi walaupun keseluruhan populasi dari Reich yang besar mencapai 80 juta dengan tambahan penduduk Austria dan Czechoslovakia.

Ekonomi Nazi yang hanya condong pada satu sisi menuntun ke arah kehancuran kecuali jika segera dilakukan realokasi tenaga kerja dan bahan baku, atau, jika ada tambahan orang dan bahan yang didapat dari luar Reich. Hal inilah yang dipilih Hitler dan diberitahukan pada jenderal-jenderalnya pada tanggal 23 Mei.

Satu bulan kemudian, tanggal 23 Juni, Göring mengadakan rapat Dewan pertahanan Reich untuk mengkoordinir mobilisasi total sumber daya dan tenaga kerja Jerman untuk perang yang akan datang. Hitler tidak hadir, tetapi 35 pejabat sipil dan militer hadir termasuk Keitel, Raeder, Halder dan pemimpin SS Heinrich Himmler. Hitler, seperti telah diumumkan, memutuskan untuk mengerahkan tujuh juta orang untuk melayani angkatan bersenjata. Kekurangan tenaga kerja ditutup oleh pekerja paksa, memanfaatkan tawanan perang, bersama dengan tahanan dari kamp konsentrasi dan pejara-penjara. Pemimpin SS Himmler menyatakan bahwa "akan dibuat kamp-kamp konsentrasi dalam masa perang untuk penggunaan lebih besar." Göring mengatakan bahwa "ratusan ribu " pekerja Czech akan dibawa ke Jerman sebagai pekerja paksa di pertanian. Ini menandai permulaan dari program kerja paksa Nazi, dirancang untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja murah Reich yang tidak dipenuhi.

Pada akhir Agustus, jalan menuju penaklukan sudah disiapkan untuk Hitler melalui Pakta Non-Agresi dengan Stalin, memastikan bahwa Jerman tidak akan bertempur dalam dua front. Sementara Ribbentrop sedang berada di Moscow untuk menandatangani Pakta, dan tinta di kertas bahkan belum kering, Hitler mengumpulkan jenderal-jenderalnya di Berchtesgaden untuk rapat pra-perang terakhir guna memberi mereka lampu hijau untuk penyerangan ke Polandia.

Sekarang saatnya, Hitler mengumumkan "keputusan yang tak dapat diubah" untuk perang.

"Situasi ekonomi kita sudah sedemikian rupa, sehingga kita tidak akan dapat bertahan lebih dari beberapa tahun. Göring dapat menegaskan hal ini. Kita tidak punya pilihan lain. Kita harus bertindak," kata Hitler. Sejauh ini, semua wilayah yang didapat Jerman adalah hasil dari "gertakan politik " tetapi sekarang diperlukan untuk menggunakan mesin militer Jerman."

"Aku akan memberi suatu alasan propagandis untuk memulai perang. Tidak peduli apakah itu masuk akal atau tidak. Pemenang tidak akan ditanyai setelahnya apakah dia mengatakan kebenaran atau tidak. Dalam memulai dan berperang tidak penting hal lainnya kecuali kemenangan."

Dan bagaimana pasukannya bertindak dalam perang yang akan datang?

"Tutup hatimu untuk belas kasihan!" perintah Führer. "Bertindaklah dengan brutal! Delapan puluh juta orang harus mendapatkan hak mereka...Orang yang lebih kuat adalah yang benar...Jadilah kejam dan kasar! Berkeras hatilah terhadap semua tanda-tanda rasa kasihan!"

'Alasan Propagandis' Hitler untuk memulai perang telah dirancang oleh Himmler dan Heydrich atas permintaan Führer. Rencana itu begitu penting sehingga diberi kode nama Operasi Himmler dan meliputi serangan palsu SS yang seolah dilakukan angkatan bersenjata Polandia terhadap pasukan Jerman sepanjang perbatasan Jerman-Polandia. Di stasiun radio Gleiwitz, seorang Jerman yang berbicara dalam bahasa Polandia bekerja dengan SS akan merebut mikropon dan menyiarkan pidato yang berapi-api dalam bahasa Polandia yang menyatakan bahwa waktunya tiba bagi rakyat Polandia untuk bertempur melawan Jerman. Tahanan dari kamp konsentrasi yang diberi pakaian seragam angkatan bersenjata Polandia akan dibunuh dengan suntikan mematikan kemudian dilubangi dengan peluru dan ditinggalkan sebagai bukti penyerangan, yang kemudian akan disaksikan oleh pers.

Persiapan untuk Operasi Himmler berlangsung penuh, dengan penyerangan ke Polandia direncanakan Hitler untuk mulai pada jam 4:30 pagi. Pada hari Sabtu, 26 Agustus. Sebagai pembukaan serangan, mesin propaganda Goebbels berputar dengan cepat menyebarkan cerita tentang kekejaman yang dilakukan oleh orang Polandia terhadap sepuluh ribu etnis Jerman yang tinggal di Polandia.

Untuk beberapa bulan, jurnalis Nazi juga mencoba untuk mempersiapkan rakyat Jerman untuk perang yang tak terelakkan di Eropa. Mereka secara personal diinstruksikan oleh Hitler untuk membangun antusiasme untuk perang dan untuk melawan pesimisme warga sipil. Tetapi propaganda itu hanya mendapat sukses terbatas. Kebanyakan orang Jerman masih tidak ingin perang.

Menariknya, menjelang pertempuran, Jumat, 26 Agustus, Hitler kehilangan keberaniannya dan menunda seluruh serangan. Terdapat dua perkembangan diplomatik besar yang menggoncangkan kepercayaan Führer. Pertama, Hitler menjadi sadar bahwa Inggris dan Polandia telah menandatangani perjanjian tolong-menolong terhadap serangan Jerman. Kedua, Mussolini memberitahu Führer bahwa Italia tidak dipersiapkan untuk perang dan tidak akan bergabung dalam pertempuran, meskipun Pakta Baja militer telah ditandatangani dengan Jerman.

Sekitar pukul 6:30 malam hari itu, Hitler memanggil Jenderal Keitel ke istana kanselir Reich dan berkata kepadanya: "Hentikan semuanya dengan segera...Aku membutuhkan waktu untuk negoisasi."

Di atas semua itu, Hitler ingin mencegah campur tangan militer Inggris, bahkan pada saat-saat terakhir. Nazi sekarang mencoba suatu saluran diplomatik pintu belakang, memanfaatkan teman Swedia Göring bernama Birger Dahlerus sebagai penengah informal. Göring mengirimnya ke London untuk mengatakan pada Sekertaris Menteri luar negeri Halifax bahwa Nazi berharap untuk mencapai semacam "pengertian" dengan Inggris. Halifax mengirimkan dia kembali ke Berlin dengan surat yang menyatakan bahwa Inggris masih mengharapkan semacam penyelesaian damai.

Göring berpikir bahwa surat dari Halifax cukup penting untuk disampaikan kepada Hitler secepatnya. Ditemani oleh Dahlerus, Göring tiba di istana kanselir di Berlin sekitar tengah malam pada hari Sabtu, 26 Agustus. Hitler, yang secara normal adalah manusia malam, telah siap pergi ke tempat tidur dan dibangunkan atas permintaan Göring.

Anehnya, Hitler tidak memperhatikan surat itu malah menanyai Dahlerus panjang lebar tentang sifat alami orang Inggris. Hitler, seperti banyak pemimpin tinggi Nazi, mengagumi dan membenci Inggris, tetapi tidak pernah dapat memahami mereka.

Dahlerus, yang tinggal dan bekerja di Inggris, membantu Führer dan bercerita tentang orang Inggris. Tetapi Hitler mulai bertindak aneh. Berdasarkan sebuah catatan yang kemudian di buat oleh Dahlerus, Führer "tiba-tiba berdiri, dan menjadi sangat gelisah, mondar-mandir...tiba-tiba dia berhenti di tengah ruangan dan berdiri di sana mematung. Suaranya tidak jelas, dan tingkah lakunya adalah sepenuhnya orang yang tidak normal. Dia berbicara dengan ungkapan: 'Jika harus terjadi peperangan, maka aku akan membangun kapal U, kapal U, Kapal U, kapal U, kapal U'...kemudian dia menarik dirinya, meningkatkan suaranya seperti ditujukan pada pendengar yang banyak dan memekik: 'Aku akan membangun pesawat terbang, membangun pesawat terbang, pesawat terbang, pesawat terbang, dan aku akan membasmi musuh-musuhku!' "

Tanpa sepengetahuan Dahlerus, Führer punya alasan tepat untuk merasa begitu tidak tenang. Beberapa jam sebelumnya, dia dengan tiba-tiba mengubah pikirannya tentang penyerangan terhadap Polandia dan menelepon Panglima tinggi angkatan bersenjata, memerintahkan mempersiapkan semuanya untuk tanggal penyerangan baru, 1 September.

Dalam beberapa hari berikutnya, Dahlerus melakukan beberapa kali perjalanan antara Berlin dan London membawa proposal dan jawaban proposal pulang pergi, yang semuanya tidak menghasilkan apa-apa. Nazi terutama menginginkan utuk mengambil alih Danzig dan Koridor Polandia, sedangkan Inggris menolak melakukan aapun yang tampaknya terlihat seperti Perjanjian Munich.

Hitler dan Ribbentrop juga menemui duta besar Henderson beberapa kali dan dengan sukses menggunakan dia untuk memaksa Polandia ke dalam semacam negoisasi menit-menit terakhir untuk perdamaian. Untuk tujuan propaganda, Nazi ingin menunjukkan pada dunia bahwa mereka ingin mendiskusikan penyelesaian damai dengan Polandia. Dalam kenyataannya, mereka dengan bebas membuat berbagai rintangan untuk mencegah perundingan yang berarti terjadi dan kemudian berkata bahwa Polandia enggan bekerja sama.

Di sepanjang perbatasan Jerman-Polandia, persiapan militer secara penuh sedang berlangsung untuk melancarkan serangan. Pada pukul 12:30 siang, hari Kamis, 31 Agustus, Panglima tertinggi Angkatan Bersenjata Jerman, Adolf Hitler, mengeluarkan Directive No. 1 untuk melakukan peperangan. Tujuan Hitler adalah menghancurkan Polandia dengan cepat melalui serangan kilat menyeluruh dan kemudian memutar pasukannya ke barat dan berhadapan dengan Inggris dan Perancis jika mereka menyerang Jerman dari barat. Dia masih tidak yakin apakah mereka benar-benar menghormati komitmen mereka pada Polandia.

Saat senja hari Kamis, satu juta limaratus tentara Jerman bergerak dalam posisi akhir untuk menyerang Polandia. Operasi Himmler mulai berjalan pada pukul 8 malam saat anggota SS berpakaian seragam angkatan bersenjata Polandia membuat serangkaian serangan palsu di perbatasan, termasuk di Gleiwitz tempat mereka mengambil alih mikropon radio dan berteriak dalam bahasa Polandia, "Rakyat Polandia, waktunya sudah tiba untuk perang antara Polandia dan Jerman!" Hitler sekarang mempunyai alasan untuk memulai perang.

Saat fajar hari Jumat pagi, 1 September, pasukan Jerman bergerak melintasi perbatasan menuju Polandia dan menghancurkan segala sesuatu yang ada di hadapan mereka. Angkatan bersenjata Polandia yang ketinggalan zaman melakukan perlawanan dengan berani tetapi dihancurkan tanpa belas kasihan oleh mesin militer Jerman yang luar biasa.

Pukul 10 pagi itu Hitler muncul di hadapan Reichstag di Berlin dan mengumumkan: "Malam ini untuk pertama kalinya tentara reguler Polandia melakukan tembakan di wilayah kita. Sejak pukul 5:45 pagi. Kita telah membalas tembakan itu, dan sejak sekarang bom akan dijawab dengan bom."

Perang untuk Lebensraum yang selalu diinginkan Hitler akhirnya dimulai. Lima tahun, delapan bulan dan enam hari pertumpahan darah dan penghancuran terpampang didepan mata yang akan menyebabkan sekitar 40 juta orang terbunuh dan banyak peninggalan kebudayaan Jerman dan Eropa hancur. Rakyat Jerman telah menyerahkan kehendaknya pada satu orang dan dia akan menjerumuskan mereka ke dalam perang dunia baru untuk memenuhi ambisi gilanya.

***

PAKTA NAZI-SOVIET

Pada permulaan tahun 1939, Adolf Hitler menjadi begitu berani sehingga dia mencoba untuk mencuri dua wilayah negara tetangga secara bersamaan. Saat dia memusatkan perhatian menguasai Czechoslovakia, dia juga menekan Polandia untuk memberikan padanya Kota Danzig yang dulunya adalah milik Jerman yang berlokasi di laut Baltic. Dan dia ingin Polandia mengizinkan membangun suatu jalan raya baru dan rel kereta api yang membentang dari Jerman melintasi wilayah Polandia menuju Prusia Timur.

Daerah yang menjadi pertanyaan itu dikenal sebagai Koridor Polandia, sebuah potongan daratan sempit yang memberi Polandia akses menuju ke laut memotong Prusia Timur dari wilayah Jerman lainnya. Polandia mendapat koridor laut ini setelah Perang Dunia I oleh Perjanjian Versailles, yang juga menetapkan Danzig sebagai Kota Bebas yang beroperasi di bawah pengawasan PBB.

Atas semua ini, tentu saja, tidak dapat diterima oleh Hitler dan banyak orang Jerman tetapi mereka tidak pernah punya kekuatan untuk melakukan sesuatu tentang hal itu – sampai sekarang.

Semakin memperburuk keadaan, para pemimpin militer Polandia telah berkomplot dengan Hitler untuk mencuri potongan kecil Czechoslovakia pada bulan Oktober 1938. Jadi mereka lebih peka untuk mendapat tekanan Nazi tentang semacam perjanjian tentang Danzig dan Koridor Polandia.

Hitler dan Menteri Luar Negeri Nazi Ribbentrop mengadakan beberapa pertemuan dengan dua besar Polandia untuk Jerman, Josef Lipski, dan Menteri Luar Negeri Polandia, Józef Beck. Tetapi orang-orang Polandia mengatakan bahwa mereka sama sekali tidak tertarik berkompromi dengan Hitler dan secara terus terang memberitahukan pada Nazi akhir November 1938 bahwa setiap usaha Jerman untuk mendapatkan Danzig "pasti menuju konflik yang tak terelakkan."

Sejauh ini, seluruh penaklukan Hitler dihasilkan dari penggunaan diplomasi gangster yang sukses. Tetapi sekarang, untuk pertama kali dalam karirnya, Hitler menemui lawan yang tidak menyerah. Hitler menanggapi penentangan Polandia dengan memerintahkan jenderal-jenderalnya untuk mempersiapkan menguasai Danzig "dengan kejutan."

Sementara itu, Hitler telah merancang menguasai apa yang tersisa dari Czechoslovakia. Tetapi itu merupakan langkah yang harus dibayar mahal. Opini publik yang sakit hati di Inggris menghasilkan suatu pendirian teguh yang diambil oleh Perdana Menteri Neville Chamberlain dan suatu pengumuman tegas pada tanggal 31 Maret 1939, bahwa Inggris, dengan dukungan Perancis, akan bertempur untuk menyelamatkan Polandia.

Segalanya menjadi tidak mudah lagi bagi Hitler. Ketika dia mendengar tentang jaminan Chamberlain pada Polandia, dia menjadi naik darah dan berteriak terhadap Inggris: "Aku akan memanggang mereka sampai tercekik!"

Panggangan itu adalah Perang Dunia II dan sekarang sudah tinggal beberapa bulan lagi. Maka waktunya telah tiba bagi kekuatan-kekuatan utama di Eropa dan dimanapun untuk memilih posisi. Inggris dan Perancis telah bersekutu dengan Polandia. Dapat juga diasumsikan bahwa Amerika Serikat akan berada di sisi Inggris dalam suatu titik di masa depan.

Teman utama Jerman di Eropa, Fasis Italia, dengan cara aneh diam sampai detik ini. Diktator Italia, Benito Mussolini, telah berbicara dengan ragu-ragu untuk sekitar satu tahun saat dia benar-benar dibawa dalam kesulitan dan secara formal mengaitkan masa depan negaranya dengan Nazi Jerman. Mussolini meragukan dengan alasan yang baik. Dalam beberapa kali pertemuannya dengan para pemimpin Nazi dia telah mendengar bualan sembrono mereka tentang perang yang akan datang di Eropa dan memastikan kemenangan Jerman.

Mussolini tidak seluruhnya menentang penggunaan kekuatan militer. Bagaimanapun, dia lebih menyukai memilih targetnya dengan hati-hati, terutama negara-negara kecil tanpa pertahanan seperti Ethiopia dan Albania, keduanya telah berhasil dikuasai. Tetapi perang Eropa menghadapi kekuatan-kekuatan utama adalah lain cerita. Pasukan Mussolini tidak siap untuk perang semacam itu.

Italia juga dibuat terkejut dengan sikap Nazi yang secara penuh mengabaikan kematian dan penderitaan akibat perang dunia baru yang akan terjadi. Mussolini sangat berbeda dengan Hitler, dia tidak memiliki mental pembunuh seperti Führer. Hitler tidak menghargai hidup manusia. Mussolini, walaupun dia seorang pemarah dan oportunis, masih menghargai hidup.

Menariknya, Mussolini tampak membuat keputusan finalnya untuk bersekutu dengan Hitler hampir secara mendadak. Pada tanggal 6 Mei 1939, Menteri Luar Negeri Nazi Ribbentrop bertemu di Milan, Italia, bersama menantu Mussolini, Count Galeazzo Ciano, yang berperan sebagai Menteri Luar Negeri. Count Ciano berharap dapat mengesankan Nazi bahwa Italia berharap untuk menunda serangan perang untuk setidaknya tiga tahun. Ribbentrop sangat mengejutkan Ciano dengan mengatakan bahwa Nazi Jerman juga ingin menunda segala sesuatunya sampai tiga tahun lagi.

Kemudian pada malam harinya, Mussolini menelepon Ciano untuk minta laporan hasil diskusi dan diberitahu bahwa pembicaraan berlangsung dengan baik. Mendengar hal itu, Mussolini menginstruksikan pada menantunya untuk mengumumkan kepada pers bahwa Italia dan Jerman memutuskan membentuk persekutuan militer. Ciano kemudian memberitahu Ribbentrop tentang permintaan Mussolini yang luar biasa itu. Ribbentrop, tentu saja, harus berbicara dengan Führer-nya sebelum menyetujui apapun. Dia menelepon Hitler yang dengan segera menyetujui perngumuman itu.

Sungguh tragis bagi Italia, Mussolini dan menantunya benar-benar salah menilai keseluruhan situasi. Pada saat itu juga, Hitler telah mengeluarkan perintah rahasia pada para jenderalnya untuk siap menyerang Polandia pada tanggal 1 September. Jerman dengan bebas menjaga Italia dalam kegelapan sesuai niat mereka yang sebenarnya. "Pakta Baja" militer yang kemudian ditandatangani oleh Italia dan Jerman kemudian akan mempunyai konsekuensi mencelakakan bagi orang Italia saat mereka dibawa ke dalam peperangan Hitler.

Saat semua perkembangan itu terjadi, Uni Soviet merasa ditinggalkan dalam keseluruhan skenario diplomatik. Soviet menyuarakan ketidakpuasannya dalam rangkaian pidato yang dikeluarkan dari Moscow tetapi ditujukan ke telinga Barat. Pada bulan Maret 1939, pemimpin Soviet Joseph Stalin memberikan pidato sinis menggambarkan Perjanjian Munich dan pemberian konsesi yang dilakukan Inggris sebagai usaha mendorong Jerman lebih ke timur, mungkin dalam suatu perang dengan Uni Soviet. Stalin memperingatkan sekutu barat bahwa dia tidak akan bisa dimanipulasi untuk melakukan perang solo melawan Nazi Jerman sementara Barat hanya berdiri dan melihat.

Pada bulan Mei 1939, Menteri Luar Negeri Soviet Vyacheslav Molotov melakukan pidato yang menunjuk bahwa sekutu Barat akan sibuk dan berunding dengan Moscow secepatnya atau akan terjadi semacam perjanjian antara Uni Soviet dan Nazi Jerman.

Bagaimanapun, Perdana Menteri Chamberlain, pemimpin sekutu barat, tidak terburu-buru berbicara dengan Soviet. Dia secara sederhana tidak percaya pada nilai persekutuan militer dengan Soviet Russia. Dalam surat pribadinya dia bahkan menyatakan: "aku tidak percaya pada kemampuannya untuk melakukan suatu serangan yang efektif, bahkan jika dia menginginkannya. Dan aku tidak percaya pada motivasinya..."

Chamberlain tidak sendiri dalam ketidakpercayaannya. Polandia sebenarnya membenci Soviet, mengetahui bahwa Stalin tidak akan ragu-ragu untuk melahap Polandia jika dia punya kesempatan. Sebagai hasilnya, Polandia, bersama dengan Inggris, sejauh ini telah menolak semua tawaran Soviet untuk membicarakan tindakan militer gabungan terhadap agresi Nazi. Penolakan ini mendorong Stalin untuk bernegosiasi dengan Nazi.

Walaupun Hitler telah berkali-kali menyatakan kebenciannya pada Komunis, dia memutuskan untuk mengikuti pakta non-agresi dengan Stalin untuk menghindari bertempur dalam dua front peperangan dalam waktu yang sama.

Rencana induk Hitler adalah menghancurkan Polandia dengan serangan kilat, kemudian menuju ke barat untuk menghabisi Perancis dan Inggris. Jadi penting bagi Uni Soviet untuk tetap netral, dengan kata lain Jerman bertempur dengan sekutu di barat dan Russia di timur.

Setelah sekutu barat dikalahkan, Hitler berniat mengarahkan pasukannya ke timur dan berperang untuk Lebensraum yang telah lama ditunggu melawan pasukan merah Stalin.

Hitler, sama seperti sekutu barat, mempunyai opini merendahkan potensi pasukan merah dan juga secara buruk meremehkan Joseph Stalin, satu dari banyak orang kejam yang pernah hidup.

Stalin, seperti Hitler, tidak menghargai nyawa manusia. Pada saat ini dalam sejarah Soviet, Stalin telah berpengalaman dalam melakukan pembunuhan masal dan sistem kamp konsentrasi sendiri yang dibangun dengan baik. Stalin akan membunuh siapapun dengan alasan apapun. Tuduhan paling ringan, nyata atau khayalan, sudah cukup untuk membuat seseorang hilang tanpa jejak dalam negara teror Soviet yang dia ciptakan.

Tetapi sekarang, melalui garis nasib, Stalin tiba-tiba menjadi manusia yang penting di Eropa. Saat Inggris akhirnya menyadari terdapat kemungkinan dia akan berada di pihak Nazi, mereka menyingkirkan keberatan mereka tentang orang ini dan mengejar suatu persekutuan dengannya.

Saat Nazi menyadari Inggris mencari sekutu, mereka memperbesar usaha mereka. Maka, saat musim panas 1939 datang, suatu kompetisi aneh timbul antara Inggris dan Jerman untuk berusaha mendapatkan tanda tangan pemimpin Soviet.

Rintangan yang paling besar Inggris adalah bahwa Polandia menolak sama sekali untuk mengizinkan pasukan Soviet masuk wilayahnya dalam keadaan apapun, bahkan jika negara itu diserang oleh Hitler. Ini, tentu saja, membuat hampir mustahil untuk membentuk pakta militer dengan Soviet.

Sebagai tambahan, Chamberlain melakukan serangkaian kesalahan diplomatik yang membuat Hitler dan Ribbentrop mendapat kesempatan. Juru runding Chamberlain bahkan tidak datang ke Moscow sampai 11 Agustus. Pada saat itu, Nazi telah bekerja keras meletakkan dasar untuk pakta Nazi-Soviet.

Membuat segala sesuatu semakin buruk bagi Inggris, Soviet merasa dihina karena Chamberlain mengirim pejabat militer rangking dua ke Moscow dalam misi yang penting itu. Chamberlain juga menginstruksikan pada juru rundingnya untuk tidak terburu-buru memulai segala sesuatu, jadi mereka bergerak bagi siput saat perundingan awal, membuat frustasi Soviet. Inggris juga menolak untuk membagi setiap informasi intelijen militer dengan Soviet, suatu penghinaan lebih lanjut pada mereka.

Semua kesulitan ini membuat Stalin yakin bahwa Polandia dan Sekutu Barat tidak serius mencari persekutuan militer melawan Hitler.

Stalin tidak punya keraguan untuk berunding dengan Hitler, jika itu merupakan kepentingan terbaik yang dapat dilakukan Uni Soviet. Hitler, tentu saja, mempunyai setiap alasan untuk berunding dengan Stalin. Sekarang pertengahan Agustus dan rencana invasinya ke Polandia hanya beberapa minggu ke depan.

Duta besar Jerman di Moscow, Count Schulenburg, bekerja keras agar keseluruhan proses berjalan dan diberi hak oleh Berlin untuk mengatakan ya pada setiap permintaan Soviet. Soviet menanggapinya dengan baik dan pada tanggal 16 Agustus mengirimkan kata pertama ke Berlin bahwa pakta non-agresi benar-benar akan dibuat. Mereka bahkan menyediakan waktu untuk menyiapkan rancangan pertama untuk pakta semacam itu.

Saat hari-hari bulan Agustus terus berlalu dan September mulai mendekat, Hitler dan Ribbentrop menjadi dengan panik memutuskan untuk menyelesaikan pakta dan menandatangani. Pada tanggal 20 Agustus, Hitler mengirim pesan pribadi kepada Stalin yang menyatakan bahwa "suatu krisis dapat muncul setiap hari " antara Jerman dan Polandia dan maka pemimpin Soviet harus menerima Ribbentrop di Moscow "paling lambat Rabu, 23 Agustus."

Sekali lagi Soviet menanggapinya dengan baik dan setuju untuk bertemu Ribbentrop pada tanggal 23 untuk menandatangani perjanjian yang sebenarnya. Dua Menteri Luar Negeri, Ribbentrop dan Molotov, kemudian menandatangani Pakta non-agresi Nazi-Soviet dalam suatu upacara di gedung Kremlin dihadiri oleh Stalin sendiri.

Hitler sekarang telah mendapatkan apa yang dia inginkan. Dia tidak akan bertempur dalam dua front peperangan. Dan Stalin mendapatkan yang dia inginkan. Berdasarkan protokol rahasia yang terlampir pada pakta, Stalin diberi kebebasan di Eropa Timur untuk mendapatkan kembali beberapa wilayah Russia yang hilang saat akhir Perang Dunia I, termasuk negara-negara Latvia, Estonia dan Finlandia, propinsi Bessarabia di Romania, dan yang paling penting seluruh bagian timur Polandia.

Hitler sangat menghendaki menjadi bermurah hati pada Stalin, mengetahui bahwa dalam waktu yang cukup lama dia berniat menghancurkan Uni Soviet dalam jangka yang tidak lama lagi.

Pakta Nazi-Soviet menyegel nasib Polandia, sebuah negeri yang secara geografis terisolasi dari sekutu baratnya, sehingga membuat bantuan militer langsung hampir tidak mungkin. Harapan Polandia untuk selamat hanya jika bersekutu dengan negeri tetangganya, Soviet.

Berita tentang dua orang sinis, orang yang bengis, Adolf Hitler dan Joseph Stalin, telah membuat suatu pakta, mengejutkan dunia. Setiap orang tahu apa artinya itu – bahwa suatu perang dunia baru akan segera terjadi. Hanya tinggal menunggu kapan Führer mengatakannya.

NAZI MENDUDUKI CZECHOSLOVAKIA

Tak lama setelah menandatangani Perjanjian Munich pada bulan September 1938, Adolf Hitler secara pribadi mengeluh kepada anggota bodyguard SS-nya, "Chamberlain telah menghalangi pintu masukku menuju Prague."

Hitler sebenarnya ingin mendobrak Czechoslovakia dengan serang militer kilat dan memasuki ibu kota tua seperti masuknya Caesar. Tetapi dia telah dipenuhi oleh hasrat Inggris dan Perancis untuk menghidangkan Czechoslovakia padanya "dalam sebuah piring."

Bagi Hitler, Perjanjian Munich tidak lebih dari potongan kertas yang tidak berharga. Pada tanggal 21 Oktober 1938, hanya tiga minggu setelah penandatanganan dokumen, dia memberitahukan pada jenderal-jenderalnya bahwa mereka harus mulai rencana untuk "likuidasi dari seluruh sisa Czechoslovakia."

Hitler telah berjanji pada Perdana Menteri Inggris Neville Chamberlain dan rakyat Jerman bahwa Sudetenland adalah "kebutuhan wilayah terakhir " di Eropa. Dalam kenyataannya, itu hanya permulaan. Dan Hitler sekarang ingin merebut seluruh sisa Czechoslovakia untuk kepentingan strategis.

Saat ini, Nazi mempunyai cara yang sempurna dalam mencuri wilayah negara tetangga. Mereka memulainya dengan menimbulkan kegelisahan politik di wilayah itu. Pada saat yang sama, mereka akan membiayai kampanye propaganda nyata atau khayalan terhadap warga Jerman di sana. Saat pemimpin politik negara tetangga akhirnya datang menemui Hitler untuk menyelesaikan krisis yang sedang terjadi, mereka akan ditawari bantuan dalam bentuk pendudukan angkatan bersenjata Jerman untuk "memulihkan pemerintahan."

Pemimpin politik Czechoslovakia yang baru adalah seorang berumur 66 tahun, Dr. Emil Hácha, seorang politikus yang kurang pengalaman dengan kondisi jantung yang buruk. Dia menggantikan Presiden Czech Eduard Bene? Yang terbang ke Inggris setelah Perjanjian Munich karena takut menjadi sasaran pembunuhan Nazi. Hácha sekarang menjadi presiden dari republik yang terus menyusut. Pada awal 1939, dua daerah perbatasan terpencil telah diambil alih oleh Polandia dan Hungaria dengan persetujuan Hitler.

Atas perintah Hitler, nasionalis Slovakia yang tinggal di bagian timur Czechoslovakia mulai bergerak untuk minta kemerdekaan, yang akan membuat sebagian besar wilayah memisahkan diri dari Czechoslovakia. Pada tanggal 10 Maret 1939, Presiden Hácha menanggapi keinginan Slovakia untuk merdeka dengan mengusir pemimpin pemerintahan Slovakia dan mengumumkan darurat perang dalam propinsi Slovakia.

Tindakan menentang dan tak diduga Hácha mengejutkan Nazis, mengacaukan rencana yang telah mereka susun dengan hati-hati. Hitler bereaksi terhadap perputaran keadaan ini sama seperti saat Schuschnigg melakukan sikap menentang di Austria – Hitler memerintahkan para jenderalnya untuk mempersiapkan penyerangan dengan segera.

Sementara itu, pemimpin Slovakia yang pro-Jerman, Monsignor Tiso, dipanggil ke Berlin untuk bertemu dengan Hitler. Tiso tiba di istana Kanselir pada hari Senin malam, 13 Maret, dan diberitahu oleh Hitler bahwa situasi di Czechoslovakia telah menjadi "mustahil." Waktu telah habis, kata Hitler. Tiso harus memutuskan saat itu juga apakah Slovakia ingin berpisah dari Czechoslovakia dan menjadi sebuah negara merdeka. Hitler berjanji pada Tiso bahwa dia akan melindungi Slovakia setelah kemerdekaannya diproklamasikan.

Tiso ragu-ragu sejenak kemudian memutuskan untuk mengikuti Hitler. Nazi kemudian merancang proklamasi kemerdekaan untuk digunakan Tiso, bersama dengan telegram palsu yang akan dikirim kemudian berisi permintaan perlindungan dari Führer.

Hari berikutnya, Selasa, 14 Maret, Tiso kembali ke negaranya dan membacakan rancangan proklamasi kemerdekaan di hadapan parlemen Slovakia. Dia mengatakan pada rapat bahwa jika mereka gagal menyetujui proklamasi ini, pasukan Hitler akan bergerak masuk dan menduduki Slovakia. Menghadapi hal itu, parlemen Slovakia menyerah dan setuju dengan Tiso. Maka lahirlah negeri Slovakia.

Sekarang, yang tersisa dari Czechoslovakia yang terus menyusut adalah dua propinsi utama, Bohemia dan Moravia. Pada titik ini, mesin propaganda Goebbels memasuki kecepatan tinggi menyebarkan laporan penyiksaan orang-orang Jerman disana oleh orang-orang Czech. Entah merasa senang, atau mungkin karena malas, orang-orang penyebar propaganda Goebbels menggunakan cerita surat kabar palsu yang telah mereka cetak enam bulan yang lalu tentang "pemerintahan teror" di Sudetenland.

Presiden Hácha, yang dibingungkan oleh semua hal yang terjadi di Czechoslovakia, mengirim pesan pada Hitler meminta bertatap muka untuk menyelesaikan masalah yang sedang terjadi. Hitler, tentu saja, setuju untuk bertemu dengannya secepat mungkin.

Hácha yang tidak mampu naik pesawat terbang karena kondisi jantungnya tiba dengan kereta api di Berlin pada pukul 10:40 Selasa Malam. Dia dijemput oleh Menteri Luar Negeri Ribbentrop dan dibawa ke hotel Aldon untuk menunggu panggilan Hitler.

Hampir tiga jam kemudian, pada pukul 1:15 dini hari, Hácha akhirnya dipanggil ke istana kanselir Reich untuk bertemu Führer. Pada pertemuan itu, Hitler membiarkan presiden Czech berbicara lebih dahulu sepanjang yang dia inginkan. President Hácha memulai merendahkan dirinya sendiri dengan tak merasa malu di hadapan yang maha kuasa diktaktor Jerman. Dia mengingkari setiap hubungan dengan pemerintahan demokatik Czechoslovakia yang dan berjanji bekerja kearah penghapusan anti-Jerman diantara rakyatnya. Dia kemudian meminta maaf atas tingkah laku negerinya yang kecil itu.

Tetapi pembelaan Hácha yang menyedihkan itu membangkitkan yang terburuk dalam diri Hitler, orang yang selalu menyerang kelemahan manusia. Saat Hácha menyelesaikan monolognya, Hitler mulai mengeluarkan serangannya, mengungkapkan semua kesalahan Czech terhadap Jerman.

Berada dalam kemarahannya sendiri, Hitler berteriak bahwa kesabarannya terhadap Czechoslovakia telah berakhir, dan bahwa Jerman akan menyerang negara itu, dimulai hanya dalam beberapa jam.

Sekarang, Führer mengungkapkan, orang Czech punya dua pilihan. Mereka dapat melakukan perlawanan yang sia-sia dan akan dengan mudah dihancurkan, atau, presiden dapat menandatangani sebuah dokumen yang mengatakan bahwa negerinya secara damai menerima pasukan yang datang. Presiden harus memutuskan dengan segera. Pasukan akan bergerak mulai pukul 6 pagi itu.

Presiden Hácha, sangat terkejut, pada awalnya merasa sangat terguncang utuk dapat bereaksi dan hanya duduk diam seperti dia telah berubah jadi batu. Hitler telah cukup dengannya sementara ini dan membawanya ke ruangan tengah untuk diskusi selanjutnya dengan Göring dan Ribbentrop.

Dua orang Nazi itu segera mencecar presiden yang sakit-sakitan itu, mendesaknya untuk menandatangani dokumen penyerahan yang diletakkan di meja di depannya. Tetapi Hácha, setelah mendapatkan ketenangannya kembali, menolak sama sekali. Orang-orang Nazi memintanya lagi, bahkan menyodorkan pena padanya. Dia menolak lagi. Sekarang, Göring memainkan kartu truf-nya. Dia berkata pada presiden Czech jika dia tidak menandatangani, setengah kota Prague akan dibombardir menjadi reruntuhan dalam dua jam oleh angkatan udara Jerman. Saat mendengar hal itu, presiden yang lemah itu roboh ke lantai.

Orang-orang Nazi menjadi panik, berpikir bahwa mereka telah membunuh orang itu dengan ketakutan. Dokter pribadi Hitler, Dr. Theodor Morell, menyerbu masuk dan menyuntik presiden dengan vitamin untuk memulihkannya. Saat Hácha memperoleh kesadarannya kembali, orang-orang Nazi meletakkan telepon dalam gengamannya, menghubungkannya dengan pemerintahannya di Prague. Hácha berbicara di telepon dan dengan enggan menyarankan pemerintahannya untuk menyerah secara damai pada Nazi.

Setelah itu, Hácha dibawa kembali ke hadapan Hitler. Pada pukul 3:55 sore, Rabu, 15 Maret, presiden Czech menandatangani dokumen yang menyatakan bahwa dia telah "dengan penuh percaya diri menyerahkan nasib dari negeri dan rakyat Czech ke dalam tangan Führer dari Jerman Reich."

Dua jam kemudian, ditengah-tengah badai salju, angkatan bersenjata Jerman bergerak menuju wilayah yang tidak berhubungan dengan Jerman untuk pertama kalinya yang diduduki Nazi.

"Czechoslovakia telah berakhir keberadaannya!" Hitler mengumumkan kepada rakyat Jerman pada akhir hari, tepat sebelum berangkat ke Prague. Malam itu, Hitler memasuki kota besar tua yang telah lama diidamkannya dengan iringan sepuluh kendaraan. Tetapi tidak ada orang yang menyambut. Jalanan Prague telah ditinggalkan.

Hitler menginap di puri Hradschin Prague, yang dulu merupakan rumah bagi Raja Bohemia. Hari berikutnya, Kamis, 16 Maret, dari dalam puri, Hitler mengeluarkan proklamasi mengenai penetapkan Daerah Perlindungan Bohemia dan Moravia. "Czechoslovakia," kata Hitler, "menunjukkan ketidakmampuannya untuk bertahan dan oleh karena itu sekarang menjadi korban pembubaran yang nyata."

Pada hari yang sama, Tiso mengirimkan telegram yang sudah dirancang sebelumnya dari Slovakia dengan sangat meminta perlindungan Führer. Slovakia yang baru merdeka dua hari, berakhir keberadaannya saat angkatan bersenjata Jerman masuk, seolah-olah atas permintaan orang Slovakia sendiri.

Pada titik ini, seluruh dunia menunggu untuk melihat bagaimana Perdana Menteri Chamberlain akan bereaksi pada peristiwa luarbiasa yang terjadi di Czechoslovakia, yang semua itu melanggar Perjanjian Munich.

Chamberlain menanggapi agresi Hitler dengan menyatakan bahwa Inggris tidak harus melindungi Czechoslovakia sejak negara itu pada hakekatnya tidak ada lagi, setelah Slovakia memilih untuk merdeka pada 14 Maret. Dan tindakan Hitler terjadi pada hari berikutnya, 15 Maret.

Pernyataan Perdana Menteri yang asal-asalan itu menyebabkan suatu kehebohan dalam pers Inggris dan di Gedung Parlemen. Chamberlain dicerca atas kurangnya moral terhadap diplomasi gangster Hitler. Anggota-anggota parlemen yang marah berjanji bahwa Inggris tidak akan pernah lagi memenangkan Hitler.

Menariknya, saat melakukan perjalanan dengan kereta dari London ke Birmingham pada hari Jumat, 17 Maret, Chamberlain mengalami suatu perubahan pikiran menyeluruh. Dia telah menyiapkan ditangannya naskah pidato yang membicarakan masalah rutin dalam negeri yang akan dibacakannya di Birmingham. Tetapi setelah perenungan yang dalam, dia memutuskan untuk membuang naskah pidato itu dan mulai merancang yang baru sehubungan dengan Hitler.

Dalam pidato baru itu, yang disiarkan di seluruh Inggris melalui radio, Chamberlain pertama meminta maaf atas reaksinya yang hangat-hangat kuku terhadap tindakan Hitler terhadap Czechoslovakia. Kemudian dia menceritakan daftar janji yang dilanggar setelah Perjanjian Munich.

"Führer," Chamberlain menyatakan, "telah mengambil hukum ke dalam tangannya."

"Sekarang kita diberitahu bahwa perampasan wilayah itu diperlukan karena kekacauan di Czechoslovakia...jika ada kekacauan, apakah itu tidak digerakkan dari luar?"

"Apakah ini adalah serangan terakhir terhadap negara kecil atau akan diikuti oleh serangan berikutnya? Apakah ini, pada hakekatnya, suatu langkah dalam arah menuju suatu usaha menguasai dunia dengan kekuatan?"

Jika demikian, Chamberlain menyatakan: "Tidak ada kesalahan terbesar yang dibuat daripada mengira bahwa karena percaya peperangan adalah hal bodoh dan kejam, bangsa ini telah begitu kehilangan urat syarafnya sehingga tidak akan ambil bagian sepenuhnya dalam kekuatan untuk menentang tantangan itu, jika memang demikian adanya."

Sekarang, untuk pertama kalinya dalam sejarah Reich Ketiga, Inggris akhirnya mengumumkan bahwa akan menentang diktator Jerman dan ingin bertempur.

Pada hari berikutnya, 18 Maret, diplomat-diplomat Inggris menyatakan pada Nazi bahwa pendudukan Hitler atas Czechoslovakia adalah "penolakan seutuhnya terhadap Perjanjian Munich...tanpa dasar legalitas sama sekali." Perancis juga mengajukan suatu protes keras yang mengatakan bahwa mereka "tidak mengakui legalitas pendudukan Jerman."

Bagaimanapun, Hitler dan Nazi dapat mempertimbangkan sedikit dari apa yang mereka pikir. Hitler telah melihat "musuh-musuhnya" di Munich dan menganggap mereka cacing-cacing kecil.

Tetapi sekarang, dalam perkembangan yang tidak menyenangkan bagi Hitler, Inggris dan Perancis melakukan lebih dari sekedar protes diplomatik. Pada tanggal 31 Maret, Perdana Menteri Chamberlain mengeluarkan suatu deklarasi yang kokoh, dengan dukungan Perancis, menjamin yang mungkin jadi korban Hitler selanjutnya, Polandia, dari agresi Nazi.

Masa penaklukan tak berdarah Hitler telah berakhir. Lain waktu jika pasukan Jerman bergerak menuju wilayah negara lain akan terjadi peperangan yang sesungguhnya.

Hanya sekitar enam bulan sejak Perjanjian Munich dan hanya enam bulan tersisa sampai terjadinya Perang Dunia II. Dalam bulan-bulan itu, berbagai negara di Eropa membentuk persekutuan militer, memilih kelompoknya seperti anak sekolah mempersiapkan permainan sepakbola – Perancis dengan Inggris dan Polandia, Italia dengan Jerman dan sebagainya. Tak seorangpun, dapat menggambarkan apa yang akan dilakukan Uni Soviet di bawah Joseph Stalin.