Jumat, 11 April 2008

PAKTA NAZI-SOVIET

Pada permulaan tahun 1939, Adolf Hitler menjadi begitu berani sehingga dia mencoba untuk mencuri dua wilayah negara tetangga secara bersamaan. Saat dia memusatkan perhatian menguasai Czechoslovakia, dia juga menekan Polandia untuk memberikan padanya Kota Danzig yang dulunya adalah milik Jerman yang berlokasi di laut Baltic. Dan dia ingin Polandia mengizinkan membangun suatu jalan raya baru dan rel kereta api yang membentang dari Jerman melintasi wilayah Polandia menuju Prusia Timur.

Daerah yang menjadi pertanyaan itu dikenal sebagai Koridor Polandia, sebuah potongan daratan sempit yang memberi Polandia akses menuju ke laut memotong Prusia Timur dari wilayah Jerman lainnya. Polandia mendapat koridor laut ini setelah Perang Dunia I oleh Perjanjian Versailles, yang juga menetapkan Danzig sebagai Kota Bebas yang beroperasi di bawah pengawasan PBB.

Atas semua ini, tentu saja, tidak dapat diterima oleh Hitler dan banyak orang Jerman tetapi mereka tidak pernah punya kekuatan untuk melakukan sesuatu tentang hal itu – sampai sekarang.

Semakin memperburuk keadaan, para pemimpin militer Polandia telah berkomplot dengan Hitler untuk mencuri potongan kecil Czechoslovakia pada bulan Oktober 1938. Jadi mereka lebih peka untuk mendapat tekanan Nazi tentang semacam perjanjian tentang Danzig dan Koridor Polandia.

Hitler dan Menteri Luar Negeri Nazi Ribbentrop mengadakan beberapa pertemuan dengan dua besar Polandia untuk Jerman, Josef Lipski, dan Menteri Luar Negeri Polandia, Józef Beck. Tetapi orang-orang Polandia mengatakan bahwa mereka sama sekali tidak tertarik berkompromi dengan Hitler dan secara terus terang memberitahukan pada Nazi akhir November 1938 bahwa setiap usaha Jerman untuk mendapatkan Danzig "pasti menuju konflik yang tak terelakkan."

Sejauh ini, seluruh penaklukan Hitler dihasilkan dari penggunaan diplomasi gangster yang sukses. Tetapi sekarang, untuk pertama kali dalam karirnya, Hitler menemui lawan yang tidak menyerah. Hitler menanggapi penentangan Polandia dengan memerintahkan jenderal-jenderalnya untuk mempersiapkan menguasai Danzig "dengan kejutan."

Sementara itu, Hitler telah merancang menguasai apa yang tersisa dari Czechoslovakia. Tetapi itu merupakan langkah yang harus dibayar mahal. Opini publik yang sakit hati di Inggris menghasilkan suatu pendirian teguh yang diambil oleh Perdana Menteri Neville Chamberlain dan suatu pengumuman tegas pada tanggal 31 Maret 1939, bahwa Inggris, dengan dukungan Perancis, akan bertempur untuk menyelamatkan Polandia.

Segalanya menjadi tidak mudah lagi bagi Hitler. Ketika dia mendengar tentang jaminan Chamberlain pada Polandia, dia menjadi naik darah dan berteriak terhadap Inggris: "Aku akan memanggang mereka sampai tercekik!"

Panggangan itu adalah Perang Dunia II dan sekarang sudah tinggal beberapa bulan lagi. Maka waktunya telah tiba bagi kekuatan-kekuatan utama di Eropa dan dimanapun untuk memilih posisi. Inggris dan Perancis telah bersekutu dengan Polandia. Dapat juga diasumsikan bahwa Amerika Serikat akan berada di sisi Inggris dalam suatu titik di masa depan.

Teman utama Jerman di Eropa, Fasis Italia, dengan cara aneh diam sampai detik ini. Diktator Italia, Benito Mussolini, telah berbicara dengan ragu-ragu untuk sekitar satu tahun saat dia benar-benar dibawa dalam kesulitan dan secara formal mengaitkan masa depan negaranya dengan Nazi Jerman. Mussolini meragukan dengan alasan yang baik. Dalam beberapa kali pertemuannya dengan para pemimpin Nazi dia telah mendengar bualan sembrono mereka tentang perang yang akan datang di Eropa dan memastikan kemenangan Jerman.

Mussolini tidak seluruhnya menentang penggunaan kekuatan militer. Bagaimanapun, dia lebih menyukai memilih targetnya dengan hati-hati, terutama negara-negara kecil tanpa pertahanan seperti Ethiopia dan Albania, keduanya telah berhasil dikuasai. Tetapi perang Eropa menghadapi kekuatan-kekuatan utama adalah lain cerita. Pasukan Mussolini tidak siap untuk perang semacam itu.

Italia juga dibuat terkejut dengan sikap Nazi yang secara penuh mengabaikan kematian dan penderitaan akibat perang dunia baru yang akan terjadi. Mussolini sangat berbeda dengan Hitler, dia tidak memiliki mental pembunuh seperti Führer. Hitler tidak menghargai hidup manusia. Mussolini, walaupun dia seorang pemarah dan oportunis, masih menghargai hidup.

Menariknya, Mussolini tampak membuat keputusan finalnya untuk bersekutu dengan Hitler hampir secara mendadak. Pada tanggal 6 Mei 1939, Menteri Luar Negeri Nazi Ribbentrop bertemu di Milan, Italia, bersama menantu Mussolini, Count Galeazzo Ciano, yang berperan sebagai Menteri Luar Negeri. Count Ciano berharap dapat mengesankan Nazi bahwa Italia berharap untuk menunda serangan perang untuk setidaknya tiga tahun. Ribbentrop sangat mengejutkan Ciano dengan mengatakan bahwa Nazi Jerman juga ingin menunda segala sesuatunya sampai tiga tahun lagi.

Kemudian pada malam harinya, Mussolini menelepon Ciano untuk minta laporan hasil diskusi dan diberitahu bahwa pembicaraan berlangsung dengan baik. Mendengar hal itu, Mussolini menginstruksikan pada menantunya untuk mengumumkan kepada pers bahwa Italia dan Jerman memutuskan membentuk persekutuan militer. Ciano kemudian memberitahu Ribbentrop tentang permintaan Mussolini yang luar biasa itu. Ribbentrop, tentu saja, harus berbicara dengan Führer-nya sebelum menyetujui apapun. Dia menelepon Hitler yang dengan segera menyetujui perngumuman itu.

Sungguh tragis bagi Italia, Mussolini dan menantunya benar-benar salah menilai keseluruhan situasi. Pada saat itu juga, Hitler telah mengeluarkan perintah rahasia pada para jenderalnya untuk siap menyerang Polandia pada tanggal 1 September. Jerman dengan bebas menjaga Italia dalam kegelapan sesuai niat mereka yang sebenarnya. "Pakta Baja" militer yang kemudian ditandatangani oleh Italia dan Jerman kemudian akan mempunyai konsekuensi mencelakakan bagi orang Italia saat mereka dibawa ke dalam peperangan Hitler.

Saat semua perkembangan itu terjadi, Uni Soviet merasa ditinggalkan dalam keseluruhan skenario diplomatik. Soviet menyuarakan ketidakpuasannya dalam rangkaian pidato yang dikeluarkan dari Moscow tetapi ditujukan ke telinga Barat. Pada bulan Maret 1939, pemimpin Soviet Joseph Stalin memberikan pidato sinis menggambarkan Perjanjian Munich dan pemberian konsesi yang dilakukan Inggris sebagai usaha mendorong Jerman lebih ke timur, mungkin dalam suatu perang dengan Uni Soviet. Stalin memperingatkan sekutu barat bahwa dia tidak akan bisa dimanipulasi untuk melakukan perang solo melawan Nazi Jerman sementara Barat hanya berdiri dan melihat.

Pada bulan Mei 1939, Menteri Luar Negeri Soviet Vyacheslav Molotov melakukan pidato yang menunjuk bahwa sekutu Barat akan sibuk dan berunding dengan Moscow secepatnya atau akan terjadi semacam perjanjian antara Uni Soviet dan Nazi Jerman.

Bagaimanapun, Perdana Menteri Chamberlain, pemimpin sekutu barat, tidak terburu-buru berbicara dengan Soviet. Dia secara sederhana tidak percaya pada nilai persekutuan militer dengan Soviet Russia. Dalam surat pribadinya dia bahkan menyatakan: "aku tidak percaya pada kemampuannya untuk melakukan suatu serangan yang efektif, bahkan jika dia menginginkannya. Dan aku tidak percaya pada motivasinya..."

Chamberlain tidak sendiri dalam ketidakpercayaannya. Polandia sebenarnya membenci Soviet, mengetahui bahwa Stalin tidak akan ragu-ragu untuk melahap Polandia jika dia punya kesempatan. Sebagai hasilnya, Polandia, bersama dengan Inggris, sejauh ini telah menolak semua tawaran Soviet untuk membicarakan tindakan militer gabungan terhadap agresi Nazi. Penolakan ini mendorong Stalin untuk bernegosiasi dengan Nazi.

Walaupun Hitler telah berkali-kali menyatakan kebenciannya pada Komunis, dia memutuskan untuk mengikuti pakta non-agresi dengan Stalin untuk menghindari bertempur dalam dua front peperangan dalam waktu yang sama.

Rencana induk Hitler adalah menghancurkan Polandia dengan serangan kilat, kemudian menuju ke barat untuk menghabisi Perancis dan Inggris. Jadi penting bagi Uni Soviet untuk tetap netral, dengan kata lain Jerman bertempur dengan sekutu di barat dan Russia di timur.

Setelah sekutu barat dikalahkan, Hitler berniat mengarahkan pasukannya ke timur dan berperang untuk Lebensraum yang telah lama ditunggu melawan pasukan merah Stalin.

Hitler, sama seperti sekutu barat, mempunyai opini merendahkan potensi pasukan merah dan juga secara buruk meremehkan Joseph Stalin, satu dari banyak orang kejam yang pernah hidup.

Stalin, seperti Hitler, tidak menghargai nyawa manusia. Pada saat ini dalam sejarah Soviet, Stalin telah berpengalaman dalam melakukan pembunuhan masal dan sistem kamp konsentrasi sendiri yang dibangun dengan baik. Stalin akan membunuh siapapun dengan alasan apapun. Tuduhan paling ringan, nyata atau khayalan, sudah cukup untuk membuat seseorang hilang tanpa jejak dalam negara teror Soviet yang dia ciptakan.

Tetapi sekarang, melalui garis nasib, Stalin tiba-tiba menjadi manusia yang penting di Eropa. Saat Inggris akhirnya menyadari terdapat kemungkinan dia akan berada di pihak Nazi, mereka menyingkirkan keberatan mereka tentang orang ini dan mengejar suatu persekutuan dengannya.

Saat Nazi menyadari Inggris mencari sekutu, mereka memperbesar usaha mereka. Maka, saat musim panas 1939 datang, suatu kompetisi aneh timbul antara Inggris dan Jerman untuk berusaha mendapatkan tanda tangan pemimpin Soviet.

Rintangan yang paling besar Inggris adalah bahwa Polandia menolak sama sekali untuk mengizinkan pasukan Soviet masuk wilayahnya dalam keadaan apapun, bahkan jika negara itu diserang oleh Hitler. Ini, tentu saja, membuat hampir mustahil untuk membentuk pakta militer dengan Soviet.

Sebagai tambahan, Chamberlain melakukan serangkaian kesalahan diplomatik yang membuat Hitler dan Ribbentrop mendapat kesempatan. Juru runding Chamberlain bahkan tidak datang ke Moscow sampai 11 Agustus. Pada saat itu, Nazi telah bekerja keras meletakkan dasar untuk pakta Nazi-Soviet.

Membuat segala sesuatu semakin buruk bagi Inggris, Soviet merasa dihina karena Chamberlain mengirim pejabat militer rangking dua ke Moscow dalam misi yang penting itu. Chamberlain juga menginstruksikan pada juru rundingnya untuk tidak terburu-buru memulai segala sesuatu, jadi mereka bergerak bagi siput saat perundingan awal, membuat frustasi Soviet. Inggris juga menolak untuk membagi setiap informasi intelijen militer dengan Soviet, suatu penghinaan lebih lanjut pada mereka.

Semua kesulitan ini membuat Stalin yakin bahwa Polandia dan Sekutu Barat tidak serius mencari persekutuan militer melawan Hitler.

Stalin tidak punya keraguan untuk berunding dengan Hitler, jika itu merupakan kepentingan terbaik yang dapat dilakukan Uni Soviet. Hitler, tentu saja, mempunyai setiap alasan untuk berunding dengan Stalin. Sekarang pertengahan Agustus dan rencana invasinya ke Polandia hanya beberapa minggu ke depan.

Duta besar Jerman di Moscow, Count Schulenburg, bekerja keras agar keseluruhan proses berjalan dan diberi hak oleh Berlin untuk mengatakan ya pada setiap permintaan Soviet. Soviet menanggapinya dengan baik dan pada tanggal 16 Agustus mengirimkan kata pertama ke Berlin bahwa pakta non-agresi benar-benar akan dibuat. Mereka bahkan menyediakan waktu untuk menyiapkan rancangan pertama untuk pakta semacam itu.

Saat hari-hari bulan Agustus terus berlalu dan September mulai mendekat, Hitler dan Ribbentrop menjadi dengan panik memutuskan untuk menyelesaikan pakta dan menandatangani. Pada tanggal 20 Agustus, Hitler mengirim pesan pribadi kepada Stalin yang menyatakan bahwa "suatu krisis dapat muncul setiap hari " antara Jerman dan Polandia dan maka pemimpin Soviet harus menerima Ribbentrop di Moscow "paling lambat Rabu, 23 Agustus."

Sekali lagi Soviet menanggapinya dengan baik dan setuju untuk bertemu Ribbentrop pada tanggal 23 untuk menandatangani perjanjian yang sebenarnya. Dua Menteri Luar Negeri, Ribbentrop dan Molotov, kemudian menandatangani Pakta non-agresi Nazi-Soviet dalam suatu upacara di gedung Kremlin dihadiri oleh Stalin sendiri.

Hitler sekarang telah mendapatkan apa yang dia inginkan. Dia tidak akan bertempur dalam dua front peperangan. Dan Stalin mendapatkan yang dia inginkan. Berdasarkan protokol rahasia yang terlampir pada pakta, Stalin diberi kebebasan di Eropa Timur untuk mendapatkan kembali beberapa wilayah Russia yang hilang saat akhir Perang Dunia I, termasuk negara-negara Latvia, Estonia dan Finlandia, propinsi Bessarabia di Romania, dan yang paling penting seluruh bagian timur Polandia.

Hitler sangat menghendaki menjadi bermurah hati pada Stalin, mengetahui bahwa dalam waktu yang cukup lama dia berniat menghancurkan Uni Soviet dalam jangka yang tidak lama lagi.

Pakta Nazi-Soviet menyegel nasib Polandia, sebuah negeri yang secara geografis terisolasi dari sekutu baratnya, sehingga membuat bantuan militer langsung hampir tidak mungkin. Harapan Polandia untuk selamat hanya jika bersekutu dengan negeri tetangganya, Soviet.

Berita tentang dua orang sinis, orang yang bengis, Adolf Hitler dan Joseph Stalin, telah membuat suatu pakta, mengejutkan dunia. Setiap orang tahu apa artinya itu – bahwa suatu perang dunia baru akan segera terjadi. Hanya tinggal menunggu kapan Führer mengatakannya.

Tidak ada komentar: