Senin, 25 Februari 2008

PERANG BERAKHIR DENGAN KEKALAHAN JERMAN

Berhadapan dengan blokade pasukan Inggris yang efektif, perlawanan sengit dari pasukan Inggris dan Perancis, ikut sertanya pasukan Amerika Serikat, kerusuhan politik dan kelaparan di negeri sendiri, hancurnya perekonomian, pengkhianatan di angkatan laut, dan kekalahan di medan perang, membuat Jendral-jendral Jerman mengajukan negoisasi genjatan senjata dengan pasukan sekutu pada bulan November 1918.

Dalam kondisi genjatan senjata, pasukan Jerman dibiarkan tetap utuh dan tidak dipaksa mengaku kalah dengan menyerah. Jendral Amerika George Pershing mempunyai perasaan was-was tentang hal ini, mengatakan sebaiknya Jendral-jendral Jerman mengakui kekalahan agar tidak terjadi keraguan. Perancis dan Inggris meyakinkan bahwa Jerman bukan merupakan ancaman lagi.

Kegagalan untuk memaksa staf Jenderal Jerman mengakui kekalahan akan menimbulkan pengaruh yang besar pada masa depan Jerman. Walaupun jumlah tentara kemudian dikurangi, pengaruhnya akan dirasakan setelah perang sebagai kekuatan politik yang didedikasikan kepada nasionalisme Jerman, bukan untuk demokrasi.

Staf jendral Jerman juga mendukung gagasan palsu bahwa pasukan tidak kalah dalam pertempuran, telah bertempur menuju kemenangan, tetapi telah dikhianati di dalam negeri, adalah teori keji yang disebut 'tikaman di punggung'.

Teori 'tikaman di punggung' ini secara cepat menjadi sangat populer di kebanyakan orang Jerman yang merasa tidak mungkin menelan kekalahan. Selama perang, Adolf Hitler menjadi terobsesi oleh ide ini, terutama menyalahkan orang Yahudi dan penganut Marxis di Jerman yang merusak usaha perang. Bagi Hitler, dan juga yang lainnya, politisi Jerman yang menandatangani genjatan senjata pada tanggal 11 November 1918, akan disebut sebagai "Penjahat November."

Setelah genjatan senjata, sisa-sisa pasukan Jerman berkeliaran di rumah dari garis depan untuk menghadapi ketidakpastian yang luar biasa.

Jerman sekarang adalah negara republik, suatu bentuk pemerintahan (demokrasi) yang sedikit pengalaman dalam sejarah Jerman. Dengan penyerahan Kaisar Wilhelm dan keruntuhan istana Hohenzollern, kerajaan Jerman yang didirikan oleh Bismark pada tahun 1871 (Reich kedua) telah berakhir.

Republik Jerman yang baru dengan cepat memiliki undang-undang yang tertulis, salah satu demokrasi paling liberal dalam sejarah. Yang didalamnya termasuk; persamaan bagi semua, kekuatan politik hanya ada di tangan rakyat, kekuatan politik minoritas diwakili dalam Reichstag (dewan perwakilan) yang baru, kabinet dan kanselir (perdana mentri) dipilih oleh suara mayoritas dalam Reichstag, dan presiden dipilih oleh rakyat.

Tetapi Jerman juga merupakan negara yang mengalami kerusuhan politik dan sosial. Di Berlin dan Munich, sayap kiri kelompok Marxis memproklamasikan revolusi seperti Russia, berhadapan dengan oposisi yang kejam dari nasionalis sayap kanan Freikorps (pasukan kecil dari mantan tentara bayaran) bersama dengan pasukan angkatan perang reguler.

Komunis, sosialis, dan bahkan orang yang tak bersalah terluka dan terbunuh pada bulan Januari 1919, di Berlin, dan bulan Mei di Munich.

Para pemimpin negara demokrasi Jerman yang baru melakukan perjanjian dengan staf jendral Jerman untuk mengizinkan mereka mengatur pangkat dan hak istimewa untuk menunjang kembalinya angkatan perang guna mendukung republik muda ini dan berjanji untuk menjatuhkan Marxisme dan membantu mengembalikan pemerintahan.

Di tengah huru-hara politik ini, pada tanggal 28 Juni 1919, Perjanjian Versailles ditandatangani oleh pasukan sekutu yang memenangkan pertempuran dan dengan patuh serta hormat disahkan oleh pemerintahan demokratik Jerman. Di bawah syarat perjanjian itu, Jerman dipaksa sendirian menyetujui untuk bertanggung jawab karena menyebabkan perang dan harus membayar dalam jumlah besar untuk memperbaiki segala kerusakan. Jerman harus menyerahkan tanah pada Perancis dan Polandia. Tentara Jerman dibatasi 100,000 orang dan dilarang mempunyai kapal selam atau pesawat tempur.

Perjanjian ini sangat mempermalukan Jerman di mata dunia. Hal ini menimbulkan suatu keinginan besar pada banyak orang Jerman, termasuk Adolf Hitler, untuk melihat negara mereka melepaskan "belenggu" perjanjian dan sekali lagi ambil bagian dalam percaturan dunia - "kelahiran kembali" Jerman melalui pemerintahan nasionalis yang kuat. Di tahun-tahun mendatang, Hitler akan berbicara terus menerus tentang perjanjian itu dan mendapatkan banyak dukungan. Sebagai tambahan, dia juga mencaci-maki 'Penjahat November' dan 'Marxis Yahudi.'

Pada musim panas tahun 1919, Adolf Hitler masih dalam ketentaraan dan ditempatkan di Munich sebagai seorang informan. Kopral Hitler melaporkan tentara-tentara di baraknya yang mendukung pemberontakan kaum Marxis di Munich, membuat mereka dipenjara dan dieksekusi.

Hitler kemudian menjadi salah satu dari beberapa agen rahasia dalam angkatan perang Jerman yang menyingkirkan pengaruh Marxis dalam angkatan perang dan menyelidiki organisasi politik yang subversif.

Pihak militer mengirimnya sebagai pengajar kursus indoktrinasi politik yang diadakan di Universitas Munich. Dalam waktu singkat dia mendapat perhatian dari atasannya. Hitler menjelaskannya dalam Mein Kampf:

"Suatu hari aku minta kesempatan untuk berbicara. Salah seorang peserta merasa berkewajiban mematahkan tuduhan untuk Yahudi dan mulai membela mereka dalam suatu penjelasan yang panjang. Hal ini membangkitkanku untuk menjawabnya. Hampir keseluruhan peserta menyetujui pandanganku. Hasilnya adalah beberapa hari kemudian aku dikirim ke resimen Munich untuk menjadi yang disebut petugas pendidikan."

Ledakan anti-Semit Hitler mengesankan atasannya yang juga pembimbingnya, Kapten Karl Mayr (yang kemudian meninggal di Buchenwald). Pada bulan Agustus 1919, Hitler diberi pekerjaan untuk memberi kuliah pada tahanan Jerman tentang bahaya komunisme dan pasifisme, juga tentang demokrasi dan ketidaktaatan. Dia juga mengeluarkan kata-kata kemarahan kepada Yahudi yang diterima oleh tentara yang kelelahan dan sedang mencari seseorang untuk disalahkan akibat kemalangan mereka.

Laporan angkatan perang tentang Hitler, menyebutnya sebagai "dilahirkan sebagai ahli pidato."

Hitler menemukan kepuasannya bahwa dia dapat berbicara dengan baik di hadapan pendengar asing, menarik perhatian mereka, dan mengajak mereka mengikuti pandangannya.

Untuk tugas berikutnya, dia ditugaskan pada bulan September 1919 untuk menyelidiki kelompok kecil di Munich yang dikenal sebagai Partai Buruh Jerman.

Tidak ada komentar: