Senin, 25 Februari 2008

HITLER JADI TUNAWISMA DI VIENNA

Indahnya kota tua Vienna, ibukota kerajaan Austro-Hungaria, dengan peradaban luar biasa yang menghasilkan Beethoven dan Mozart, sekarang mempunyai penduduk baru, seorang yang pucat, kurus, dan terlihat sedih berusia 18 tahun bernama Adolf Hitler.

Vienna adalah kota yang hidup dengan musik dan penuh dengan orang yang berbeda yang mencintai seni dan merasa beruntung tinggal disana. Pada bulan Februari 1908, Hitler pindah kesana dengan tujuan masuk akademi seni dan menjadi seniman besar.

Enam puluh tahun yang lalu, ayah Hitler juga datang ke Vienna untuk mencari peluang. Pada waktu itu kerajaan Hapsburg diperintah oleh kaisar Franz Josef. Ketika Adolf Hitler datang, masih diperintah oleh kaisar itu, walaupun dia sekarang sudah pikun dan dibawah pengaruh menteri yang korup. Kerajaannya, yang memerintah Austria dan negeri sekitarnya selama berabad-abad, kini mengalami kemunduran besar. Vienna, bagaimanapun, tetap merupakan kota harapan dan menarik minat populasi multikultural dari seluruh kerajaan.

Teman Hitler dari Linz, August Kubizek, juga datang ke Vienna dan mereka tinggal sekamar. Di Vienna, Hitler melanjutkan gaya hidup malas-malasan yang dinikmatinya di Linz setelah putus sekolah. Kubizek menggambarkan Hitler sebagai burung hantu yang tidur sampai siang, lalu keluar untuk jalan-jalan melihat-lihat semuanya, kemudian sampai larut malam mendiskusikan idenya tentang semuanya mulai dari reformasi sosial sampai perencanaan kota. Hitler tidak berusaha untuk mendapatkan pekerjaan tetap, menganggap dirinya jauh diatas itu. Dia berpakaian seperti seorang seniman dan pada malam hari berpakaian seperti bangsawan muda yang kaya dan sering menghadiri pertunjukan opera.

Kubizek juga menceritakan Hitler menunjukkan peningkatan kepribadian yang tidak stabil dengan perangai yang buruk. Kadang-kadang dia cukup masuk akal tetapi dia selalu mendadak meledak amarahnya terutama saat dikoreksi. Dia tidak memiliki minat yang nyata terhadap wanita, menjaga selalu jauh dari mereka dan bahkan menolak dengan kasar wanita yang menunjukkan ketertarikan padanya. Dia dengan tegas mempertahankan ajaran Katholik mengenai seks, laki-laki dan wanita tidak boleh melakukan hubungan seks sampai mereka menikah.

Hitler juga cenderung mempunyai inspirasi yang mendadak dan mempunyai banyak ide menarik tetapi tidak pernah menyelesaikan apa yang dia mulai. Apakah itu merancang operanya sendiri atau mendesain ulang kota Vienna, dia akan mulai dengan antusias dan bekerja keras, hanya untuk secepatnya kehilangan minat.

Pada bulan Oktober 1908, Hitler mencoba kedua kalinya untuk dapat masuk ke akademi seni rupa Vienna. Akan tetapi hasil tes gambarnya dinilai sangat buruk sehingga dia tidak diizinkan mengikuti test formal. Itu merupakan kekecewaan yang mendalam bagi Hitler dan secara efektif membuatnya keluar dari lingkungan komunitas artistik di Vienna. Kubizek temannya, telah sukses masuk ke sekolah musik Vienna dan mempelajari musik disana, melakukannya dengan baik, berlawanan dengan Hitler.

Hitler segera memisahkan diri dari temannya dengan cara yang agak aneh. Ketika Kubizek kembali ke Vienna setelah dua bulan pelatihan militer pada bulan November 1908, dia menemukan Hitler telah pindah dari apartemen yang mereka sewa bersama dan tidak meninggalkan alamat.

Hitler tidak berguna lagi bagi temannya dan tidak berusaha mencarinya lagi. Dia hidup sendiri, pindah dari satu tempat ke tempat lain saat uang tabungannya perlahan berkurang dan gaya hidupnya mengarah ke bawah. Meskipun dia membutuhkan uang, Hitler tidak melakukan usaha untuk mendapatkan pekerjaan tetap. Dia secepatnya menggadaikan semua miliknya dan tidur di bangku taman serta mengemis. Dia dengan cepat menjadi orang muda yang kotor, bau, tidak bercukur, mengenakan pakaian compang-camping dan bahkan tidak punya mantel sendiri. Pada bulan Desember 1909, kedinginan dan setengah kelaparan, dia pindah ke tempat penampungan tunawisma. Dia makan di dapur umum yang dijalankan oleh biarawati dari biara terdekat.

Pada bulan Februari 1910, dia pindah ke rumah penampungan untuk orang miskin, di tempat itu dia akan tinggal selama beberapa tahun mendatang. Hitler kadang-kadang mendapatkan sedikit uang sebagai pekerja harian, menyekop salju dan membawa tas ke stasiun kereta. Dia kemudian mengetahui bahwa dia dapat menghasilkan sedikit uang dengan menjual lukisan terkenal kota Vienna yang ditirunya dari kartu pos. Salah seorang yang tinggal di rumah itu, Reinhold Hanish, bertindak sebagai agennya, menjajakan karya Hitler ke berbagai toko yang biasa membeli lukisan untuk mengisi frame lukisan kosong. Hitler juga melukis poster untuk jendela toko.

Hanish mengingat Hitler sebagai orang yang pemurung dan tidak disiplin, selalu berkeliling ke rumah orang-orang, suka mendiskusikan politik dan sering berpidato kepada penduduk. Dia biasanya akan marah jika ada orang yang menentangnya. Dengan cepat, Hitler bertengkar dengan Hanish, bahkan menuduhnya mencuri barang-barang Hitler dan melakukan kesaksian palsu terhadapnya di depan pengadilan pada bulan Agustus 1910, mengakibatkan Hanish dipenjara delapan hari. (Pada tahun 1938 Hanish dibunuh atas perintah Hitler setelah berbicara pada pers tentang dia).

Hitler menjual lukisan karyanya lebih banyak ke toko yang pemiliknya Yahudi dan juga dibantu oleh Josef Neumann, seorang Yahudi yang menjadi temannya.

Hitler gemar membaca, mengambil semua surat kabar harian yang tersedia di rumah penampungan itu, membaca sejumlah pamflet politik dan meminjam banyak buku dari perpustakaan tentang sejarah Jerman dan mitologi. Dia mempunyai rasa ingin tahu tetapi tanpa pemikiran yang terlatih secara akademik dan menguji pekerjaan filosofi yang komplek dari karya Nietzsche, Hegel, Fichte, Treitschke dan orang Inggris, Houston Stewart Chamberlain. Hitler mengambil beberapa dan potongan-potongan filosofi dan ide dari mereka lalu menggabungkannya dengan dengan rasisme, nasionalisme, anti-Semit, sikap yang berlebihan menjadi penggemar berat filosofi, yang kemudian akan dijelaskan dalam bukunya, Mein Kampf.

Kesengsaraan akibat kemiskinan juga sangat dalam mempengaruhi Hitler. Dia menggunakan kata-kata kasar, mental survivalis, yang menyisakan sedikit ruang untuk rasa kasih sayang dan keramahan – suatu sikap yang tetap ada padanya sampai akhir.

"Aku berhutang pada masa itu yang membuatku tumbuh keras dan aku tetap mampu menjadi keras." - Hitler mengatakan dalam Mein Kampf.

Bahkan sebelum datang ke Vienna, Hitler mempunyai keperibadian yang terkenal kurang empati. Banyak ahli sejarah menyimpulkan Hitler menderita tekanan psikologi yang sebagian akibat masa kecilnya yang tidak bahagia, khususnya hubungan dengan ayahnya, yang terlalu menguasai, dan kadang-kadang bersikap kejam. Pada saat yang sama, Hitler juga menunjukkan kasih sayang yang luar biasa pada ibunya yang terlalu memanjakannya.

Di Vienna, dan seterusnya, Hitler menderita depresi. Suatu waktu dia bersikap sangat tinggi, kemudian diikuti dengan mundur ke tingkat rendah. Satu ciri kepribadian yang konsisten adalah terjadinya histeria kapan saja ada seseorang yang tidak disukainya. Keperibadian Hitler yang telah dijelaskan itu pada dasarnya merupakan histeris secara alami.

Sekarang, di usia 21 tahun, dia menjadi sangat tertarik dengan politik, menyaksikan peristiwa yang membentang di sekitarnya di Vienna.

Setelah menyaksikan suatu protes besar oleh para buruh, dia membenamkan dirinya dalam suatu studi yang intensif tentang politik dari partai buruh, Sosial Demokrat. Dia memberi penghargaan terhadap kemampuan mereka mengorganisir masa dengan menggunakan ketakutan dan propaganda sebagai senjata politik.

Di sisi lain, dia juga memperhatikan dua partai besar lainnya, Pan German Nationalis dan Partai Sosial Kristen, yang memperbesar minatnya pada nasionalisme Jerman dan anti-Semitisme.

Vienna, kota perpenduduk dua juta, mempunyai populasi Yahudi hanya dibawah dua ratus ribu, termasuk beberapa yang menggunakan pakaian etnis Yahudi tradisional. Di Linz, Hitler hanya mengetahui beberapa Yahudi "Jerman". Rumah penampungan Hitler berada di dekat komunitas Yahudi.

Di antara kelas menengah di Vienna, anti-Semitisme merupakan suatu mode terakhir. Walikota, Karl Lueger, termasuk anti-Semit, merupakan anggota dari Partai Sosial Kristen yang membawa anti-Semitisme sebagai platform politiknya.

Hitler menghormati Lueger, seorang politikus yang kuat, karena kemampuan pidatonya dan efektif menggunakan propaganda untuk mendapatkan kepopuleran. Dia juga menghargai kemampuan Lueger dalam memanipulasi lembaga yang mapan seperti gereja Katholik. Dia mempelajari Lueger dengan seksama dan menjadi contoh dari beberapa sikapnya di kemudian hari.

Terdapat juga tabloid anti-Semit dan pamflet yang tersedia di kios-kios dan warung kopi lokal. Saat membacanya pertama kali, Hitler tidak tertarik, seperti yang dijelaskan dalam bukunya Mein Kampf.

"...kedengarannya, terutama tentang pers anti-Semit di Vienna, terlihat tak layak bagiku untuk tradisi budaya dari bangsa yang besar."

Tetapi juga dalam Mein Kampf, Hitler menjelaskan perubahan cara berpikirnya mengenai Yahudi. Dimulai dengan suatu pertemuan yang tak terduga.

"Suatu ketika, saat aku berjalan-jalan di dalam kota, tiba-tiba aku aku bertemu dengan orang yang memakai jubah hitam dan jepit rambut hitam. Apakah ini orang Yahudi? Adalah yang pertama kupikirkan."

"Untuk meyakinkan, bahwa mereka tidak pernah terlihat seperti itu di Linz. Aku mengamati orang itu dengan diam-diam dan hati-hati, tetapi semakin lama aku memandang wajah asing itu, meneliti ciri demi ciri, pertanyaan pertamaku semakin menemukan format baru: apakah ini orang Jerman?"

Untuk menjawab pertanyaannya, dia menenggelamkan dirinya dalam literatur anti-Semit. Kemudian dia keluar dan mempelajari orang Yahudi yang melintas.

"...semakin banyak aku melihat, semakin jelas mereka menjadi berbeda di mataku dari manusia lainnya..."

"Bagiku ini adalah suatu pergolakan spritual terbesar yang harus kulewati. Aku berhenti menjadi warga negara yang lemah dan menjadi anti-Semit."

Tetapi dalam titik ini sikap anti-Semit Hitler tidak muncul dalam hubungan pribadinya dengan orang Yahudi. Dia masih melakukan perdagangan dengan pemilik toko Yahudi dalam menjual lukisannya dan menjaga persahabatannya dengan Josef Neumann. Bagaimanapun, benih kebencian telah ditanamkan dan akan dipelihara oleh peristiwa yang akan terjadi, yang merupakan dasar dari salah satu tragedi terbesar dalam sejarah manusia.

Hitler meninggalkan Vienna pada usia 24 tahun, untuk menghindari wajib militer dalam angkatan bersenjata Austria, dan juga menghindari melayani kerajaan multikultural Austria yang dianggapnya lebih rendah.

Dua puluh empat tahun setelah meninggalkan Vienna, Adolf Hitler akan kembali dengan kemenangan sebagai Führer dari Jerman Reich. Bagaimanapun, kenangan tentang hari-hari kegagalan yang menyedihkan di masa mudanya dan sikap serta ide yang diperolehnya akan selamanya tinggal.

Pada bulan Mei tahun 1913, Hitler pindah ke Jerman dan tinggal di Munich. Tetapi dia dikejar dan ditangkap oleh penguasa Austria pada bulan Januari 1914. Dihadapkan dengan kemungkinan dipenjara karena mengabaikan wajib militer, dia menulis surat pada konsulat Austria untuk meminta maaf dan menceritakan tahun penuh kesengsaraan yang baru dialaminya.

"Aku tidak pernah merasakan indahnya masa muda." – kata Hitler dalam suratnya.

Nada dari surat itu mengesankan pejabat Austria dan Hitler tidak dihukum karena meninggalkan wajib militer. Dia melakukan uji kesehatan yang diperlukan dan dengan mudah gagal.

Di Munich, Hitler melanjutkan melukis, sekali lagi menghasilkan sedikit uang dengan menjual lukisan kota ke toko lokal. Saat ditanya oleh kenalan tuanya bagaimana dia mendapat penghasilan secara tetap, Hitler mengatakan itu tidak penting karena akan segera terjadi perang.

Pada tanggal 1Agustus 1914, sekelompok besar yang antusias, termasuk Hitler berkumpul di lapangan besar Munich – dalam rangka – merayakan proklamasi perang Jerman.

Dua hari kemudian, Hitler menjadi sukarelawan untuk angkatan perang Jerman, terdaftar di resimen Bavaria.

"Bagiku, seperti juga bagi setiap orang Jerman, sekaranglah dimulai waktu yang tak terlupakan dan terbesar dalam keberadaanku di dunia. Dibandingkan dengan pertempuran besar ini, semua masa lalu menjadi tak berarti." – kata Hitler dalam Mein Kampf.

Saat pertama kali mendengar kabar tentang perang Hitler bersujud dan berterimakasih pada Tuhan bahwa dia masih hidup.

Tidak ada komentar: