Senin, 25 Februari 2008

HITLER DALAM PERANG DUNIA PERTAMA

Dari dalam lumpur, kerumunan kutu, parit yang bau di Perang Dunia I, Adolf Hitler menemukan tempat baru bertempur untuk tanah air Jerman. Setelah tahun-tahun penuh kemiskinan, sendiri dan tanpa tujuan, dia kini mempunyai rasa memiliki dan tujuan.

"Perang yang mengakhiri segala perang" terjadi setelah ahli waris dari tahta Austria, Archduke Franz Ferdinand, ditembak mati oleh seorang teroris Serbia muda pada tanggal 28 Juni 1914. Perisitiwa yang cepat meluas setelah Kaisar Wilhelm dari Jerman menyarankan pada Austria untuk menyatakan perang kepada Serbia. Russia kemudian melakukan mobilisasi melawan Austria. Jerman melakukan mobilisasi melawan Russia. Perancis dan Inggris melakukan mobilisasi melawan Jerman.

Seluruh pemuda dari Eropa dan Inggris, termasuk Adolf Hitler, dengan segera mendaftar menjadi sukarelawan. Seperti kebanyakan prajurit muda sebelum mereka, mereka menyangka perang akan berlangsung singkat, tetapi ternyata cukup panjang bagi mereka untuk melihat beberapa tindakan dan berpartisipasi dalam petualangan besar.

Ternyata perang itu berubah menjadi perang panjang yang menewaskan jutaan prajurit. Seluruh generasi muda akan disapu bersih. Perang juga membawa kejatuhan bagi raja-raja dan bangsawan serta yang kaum terhormat lainnya dari peradaban tua Eropa.

Teknologi baru seperti pesawat terbang, tank, senapan mesin, artileri jarak jauh, dan gas digunakan oleh angkatan perang terhadap satu sama lain. Tetapi sebuah pengunci dibangun sepanjang garis pertahanan berupa parit yang membentang dari laut utara sampai seluruh jalan menuju Perancis ke sungai Saar di Jerman. Di dalam parit yang menyedihkan ini, Adolf Hitler berkenalan dengan peperangan.

Hitler mendaftar jadi sukarelawan pada usia 25 tahun dengan terdaftar di resimen Bavaria. Setelah pertempuran pertamanya melawan Inggris dan Belgia dekat Ypres, 2500 dari 3000 orang dalam resimen Hitler terbunuh, luka atau hilang. Hitler lolos tanpa luka sedikitpun. Selama peperangan, Hitler mempunyai keberuntungan besar yang menjaga hidupnya dari luka-luka yang mengancam. Lebih dari sekali dia pindah dari suatu tempat yang beberapa saat kemudian ledakan granat membunuh atau melukai beberapa orang.

Hitler, bagaimanapun juga, bukan seorang prajurit biasa, dia tidak rapi dan tanpa sikap militer. Tetapi dia juga siap untuk beraksi dan selalu siap untuk menjadi sukarelawan dalam misi berbahaya walaupun telah sering lolos dari kematian.

Kopral Hitler berada pada bagian pengiriman, membawa pesan pulang-pergi dari staff komando di bagian garis belakang ke unit pertempuran dekat medan pertempuran. Selama masa istirahat dalam pertempuran dia akan mengambil cat airnya dan melukis situasi perang.

Hitler, tidak seperti teman-teman prajurit lainnya, tidak pernah mengeluh soal makanan yang buruk dan kondisi yang mengerikan atau membicarakan tentang wanita, dia lebih suka mendiskusikan seni atau sejarah. Dia menerima beberapa surat tetapi tanpa paket dari rumah dan tidak pernah meminta cuti. Teman-temannya memandang Hitler terlalu ingin memuaskan atasannya, tetapi umumnya dia terkenal karena keberuntungannya terhindar dari luka dan keberaniannya.

Pada tanggal 7 Oktober 1916, keberuntungan Hitler berakhir ketika dia terluka di kaki akibat pecahan granat dalam Perang di Somme. Dia dirawat di Jerman. Itu adalah pertama kalinya dia keluar dari arena pertempuran setelah perang berlangsung selama 2 tahun. Setelah kesembuhannya, dia pergi melihat-lihat Berlin, kemudian diberi tugas ringan di Munich. Dia dikejutkan oleh sikap tak bergairah dan sentimen anti perang diantara warga Jerman. Dia menyalahkan orang Yahudi untuk semua ini dan melihat mereka melakukan konspirasi untuk menyebarkan kegelisahan dan mengikis usaha perang Jerman.

Gagasan tentang anti perang yang melibatkan orang Yahudi menjadi obsesi untuk menambah gagasan anti-Semit yang diterimanya di Vienna, menghasilkan kebencian yang terus tumbuh pada orang Yahudi.

Untuk menghindar dari masyarakat yang apatis, Hitler ditugaskan kembali ke medan pertempuran dan dikirim kembali pada bulan Maret 1917.

Pada bulan Agustus 1918, dia menerima Salib Besi kelas utama, suatu hal yang langka untuk seorang prajurit. Menariknya, Letnan yang merekomendasikan medali untuknya adalah seorang Yahudi, sebuah fakta yang nantinya dikaburkan oleh Hitler. Walaupun dia memiliki catatan yang baik dan menerima total lima medali, dia tetap sebagai kopral. Akibat dari penampilannya yang tidak seperti militer dan kepribadian yang aneh, atasannya menganggap dia kurang memiliki kualitas kepemimpinan dan berpikir kalau menjadi sersan perintahnya tidak akan mendapat cukup respek.

Ketika gelombang perang berbalik melawan Jerman dan moral pasukan menurun sepanjang garis pertempuran, Hitler menjadi deperesi. Dia kadang-kadang menghabiskan waktu berjam-jam duduk di pojok tenda dalam perenungan yang dalam kemudian tiba-tiba berdiri dan berteriak tentang "musuh tersembunyi rakyat Jerman," bernama Yahudi dan Marxis.

Pada bulan Oktober 1918, dia menjadi buta sementara akibat serangan gas chlorine pasukan Inggris dekat Ypres. Dia dikirim pulang menuju daerah kelaparan, negeri yang penuh dengan kerusuhan akibat perang yang berkepanjangan. Dia berbaring di rumah sakit dipenuhi oleh kengerian dan kabar angin yang menyebutkan bencana segera terjadi.

Pada tanggal 10 November 1918, seorang pastor tua datang ke rumah sakit dan mengumumkan berita. Kaisar dan istana Hollenzollern telah jatuh. Tanah air mereka kini menjadi republik. Perang telah berakhir.

Hitler menjelaskan reaksinya dalam Mein Kampf: "Itu mengikuti hari yang buruk dan bahkan malam yang lebih buruk – aku tahu bahwa semua telah hilang...di malam ini kebencian tumbuh dalam diriku, kebencian pada mereka yang bertanggung jawab atas semua ini."

Bukan pihak militer, dalam pikirannya, tetapi para politisi yang pulang ke Jerman dan terutama orang Yahudi.

Tidak ada komentar: